KEPUASAN NASABAH DALAM PELAYANAN KREDIT PADA
BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) KEPRI BINTAN
Oleh :
SITI RIMBUN DESYRINA
Mahasiswa Program Studi Ilmu
Administrasi Negara
Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Raja Haji Tanjungpinang
2011
Latar Belakang Masalah
Kepuasan merupakan
perasaan senang yang muncul bila kinerja produk sesuai dengan harapan bahkan
melebihi yang bersifat adil merata tepat waktu, cukup, terus menerus dan
produktif terhadap pelanggan. Objek dari segala kegiatan bisnis adalah pelanggan atau nasabah,
pelanggan tidak saja diartikan sebagai pihak yang mengkonsumsi suatu
produk melainkan setiap orang yang memerlukan produk dan jasa. Pelanggan yang berada dalam lingkungan perusahaan dikenal
sebagai pelanggan internal yang terdiri dari karyawan dan pemasok sedangkan
pelanggan yang berada diluar perusahaan dikenal sebagai pelanggan eksternal. Pelanggan eksternal merupakan pelanggan yang mengkonsumsi setiap output perusahaan, keseluruhan pelanggan ini
harus memperoleh kepuasan yang mereka harapkan ketika berhubungan dengan
perusahaan maupun produk.
Seorang pemasar yang berhasil atau sukses adalah yang
mampu memberikan kepuasan kepada pelanggannya, hal ini sangat diperlukan karena
jika pelanggan tidak puas maka mereka akan meninggalkan perusahaan atau produk
dan akan menjadi pelanggan perusahaan atau produk pesaing. Jika hal ini terjadi
maka akan berakibat pada penurunan penjualan yang pada akhirnya akan menurunkan
laba perusahaan bahkan mungkin akan berakibat lebih parah, perusahaan akan
menggalami kerugian.
Harapan pelanggan merupakan perkiraan atau keyakinan
pelanggan tentang apa yang diterimanya bila ia mengkonsumsi produk baik barang
atau jasa, sedangkan kinerja yang dirasakan adalah persepsi pelanggan mengenai apa yang diterimanya setelah
mengkonsumsi suatu barang atau jasa. Jadi tingkat kepuasan merupakan fungsi
dari perbedaan kinerja antara kinerja yang dirasakan dengan harapan pelanggan.
Banyak
riset yang menunjukkan bahwa persentase jumlah nasabah yang memutuskan untuk
tetap atau tidak memakai jasa bank tertentu karena adanya pelayanan yang
diberikan. Kualitas dari suatu pelayanan merupakan kewajiban terpenting dari
sebuah Bank
karena itu merupakan kunci sukses dari sebuah perbankan. Tuntutan nasabah akan pelayanan kredit bank yang cepat
dan tidak berbelit-belit tergantung pada
sumberdaya yang ada di perbankan yaitu
bagian kredit, customer service dan
tenaga penunjang lainnya yang merupakan asset terpenting Bank yang harus diberdayakan. Mutu pelayanan akan
meningkat jika sumberdaya tersebut memiliki komitmen dan kompeten dalam
pekerjaan, karena pada dasarnya sumber daya yang berkualitas akan meningkatkan
produktifitas dan daya saing yang tinggi.
Satu diantara jenis
Bank yang ada dan banyak
didirikan dalam sepuluh tahun terakhir adalah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang merupakan satu bagian dari bank konvensional yang
didirikan dengan tujuan mengakomodasi nasabah untuk golongan menengah kebawah
dengan harapan dapat memberikan kredit untuk
golongan ekonomi mikro yang memang pada saat ini membutuhkan perhatian yang
khusus dari para kreditor terutama perbankan.
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Kepri Bintan menghadapi
tantangan dengan harus mampu menyiapkan manajemen sumber daya manusia dengan memberikan program-program pelatihan yang dapat menambah kemampuan dan skill karyawannya
dengan harapan dapat memberikan pelayanan yang prima terhadap
nasabahnya. Untuk menjaga kepuasan dari para nasabahnya
BPR Kepri Bintan mengembangkan pola pelayanan Bank khususnya proses pemberian kredit sesuai dengan
harapan nasabah seperti Ketanggapan
Pelayanan, Kecepatan
Transaksi, Keberadaan
Pelayanan, Profesionalisme
dan Kepuasan menyeluruh dengan jasa/produk, perilaku pegawai
melayani nasabah dengan
menyenangkan.
Ada beberapa jenis kredit yang ditawarkan BPR Kepri
Bintan pada nasabah dan/atau calon nasabah diantaranya; Kredit Kepemilikan Mobil
(KPM), Kredit Kepemilikan Sepeda Motor (KPSM), Kredit Modal Kerja/Kredit Serba
Guna, Kredit Tanpa Anggunan (KTA). Dengan akumulasi jangka waktu suku bunga per
6 bulan, per 12 bulan, per 18 bulan dan 1 tahun sampai 4 tahun. Persyaratan
nasabah dalam mengajukan kredit diantaranya; fotokopi KTP Suami/Istri, KK, Akte
Nikah, Rekening listrik/telepon/air, Rekening koran/buku tabungan, slip
gaji/surat keterangan kerja, SITU,SIUP/NPWP, BPKB/STNK/Pajak.
Secara historisnya BPR Kepri Bintan didirikan tanggal 13
Juni 2008 dengan akta pendirian nomor 37 dihadapan Akta Notaris dan berdasarkan
surat keputusan Menteri Hukum dan HAM RI tertanggal 07 juli 2008 berkedudukan
di Tanjungpinang. Jenis usaha dibidang Perbankan, khususnya sektor mikro. Dalam
perjalanannya semakin tumbuh dan berkembang
industri perbankan di Kota Tanjungpinang, pada tahun terakhir sehingga
secara tidak langsung memberikan nuansa persaingan dalam dunia bisnis perbankan
itu sendiri.
BPR
Kepri Bintan selama dua tahun berturut-turut
mendapatkan penghargaan dari Bank Indonesia (BI) Batam yaitu penghargaan atas
partisipasi dan komitmen untuk turut memajukan sektor mikro produktif di Kota
Tanjungpinang. Penghargaan ini diberikan dalam acara BPR AWARD tahun 2009 yang
diberikan di Batam pada 6 Maret 2010 dan BPR AWARD tahun 2010 pada 2 April
2011. Keberhasilan BPR meraih penghargaan tersebut membuat penulis tertarik
membahas lebih jauh dalam bentuk penelitian ilmiah tentang pemberian pelayanan
kredit BPR Kepri Bintan dalam memenuhi harapan nasabah sehingga mendapat
predikat pelayanan pelayanan terbaik
kredit mikro tahun 2009 dan tahun 2010.
Berdasarkan
uraian dalam latar belakang masalah tersebut, maka menurut
hemat penulis perlu ditemukan
jawaban bagaimana kepuasan nasabah dalam menerima pelayanan kredit dari Bank yang berorientasi pada kepuasan nasabah (pelanggan) dalam menerima pelayanan. Untuk itu penulis
tertarik melakukan penelitian tentang Kepuasan Nasabah Dalam Pelayanan Kredit
Pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Kepri Bintan.
Kerangka Teoritis
1.
Pengertian Kepuasan Nasabah (pelanggan)
Menurut Day (Tjiptono, 2000:146) menyatakan
bahwa kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan (nasabah) adalah respon pelanggan
terhadap evaluasi ketidaksesuaian/diskonfirmasi yang dirasakan antara harapan
sebelumnya (atau norma kinerja lainnya) dan kinerja aktual produk yang
dirasakan setelah pemakaiannya.
Engel (Tjiptono, 2000:146) mengungkapkan
bahwa kepuasan pelanggan (nasabah) merupakan evaluasi purnabeli dimana
alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya memberikan hasil (outcome) sama atau
melampaui harapan
pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil yang diperoleh tidak
memenuhi harapan pelanggan.
Kotler (Tjiptono, 2000:146-147) mengatakan
bahwa kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah
membandingkan kinerja (atau hasil) yang ia rasakan dibandingkan dengan
harapannya. Sedangkan Gerson (2004:5) mengatakan Kepuasan nasabah adalah bila
sebuah produk atau jasa memenuhi atau melampaui harapan pelanggan, biasanya
pelanggan merasa puas.
Menurut Tjiptono (2000:147) mengungkapkan
bahwa kepuasan pelanggan merupakan perkiraan atau keyakinan pelanggan tentang
apa yang akan diterimanya bila ia membeli atau mengkonsumsi suatu produk
(barang/jasa). Sedangkan kinerja yang dirasakan adalah persepsi pelanggan
terhadap apa yang ia terima setelah mengkonsumsi produk yang dibeli.
Menurut Oliver (Supranto, 1997:233)
Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja/hasil
yang dirasakannya dengan harapannya. Jadi, tingkat kepuasanmerupakan fungsi
dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan.
Supranto (1997:234) menyebutkan bahwa
kepuasan adalah fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan
harapan. Apabila kinerja dibawah harapan, maka nasabah (pelanggan) akan kecewa.
Bila kinerja sesuai sesuai dengan harapan, maka nasabah akan puas. Sedangkan
bila kinerja melebihi harapan, nasabah akan sangat puas. Untuk menciptakan
kepuasan pelanggan, perusahaan pelayan jasa harus menciptakan dan mengelola
suatu sistem untuk memperoleh pelanggan yang lebih banyak dan kemampuan untuk
mempertahankan pelanggannya.
Menurut Flanagan (Supranto, 1997:21) agar
dapat mempermudah proses definisi dan pemahaman kebutuhan nasabah (pelanggan) maka
cocok digunakan pendekatan insiden kritis (Critical
Incident Approach) merupakan pendekatan untuk menentukan/mengidentifikasi
kebutuhan nasabah. Kekuatannya terletak didalam penggunaan/pemanfaatan
pelanggan dalam mendefinisikan atau menentukan kebutuhan nasabah, seperti ciri
(karakteristik) yang mana dari suatu produk yang bisa membuat puas atau kecewa
bagi nasabah.
Supranto (1997:22) mengemukakan insiden
kritis adalah aspek kinerja organisasi yang langsung dirasakan manfaatnya oleh
para nasabah (pelanggan) baik puas atau kecewa, yang memiliki hubungan hirarkis
mulai dari insiden kritis dibentuk menjadi butir kepuasan, dibentuk menjadi kebutuhan
nasabah (pelanggan).
Menurut Supranto (1997:34) butir/dimensi
kepuasan nasabah (pelanggan) terdapat lima yaitu :
1.
Ketanggapan pelayanan (Responsiveness of Service) yaitu kemampuan pegawai tanggap
mendengar keluhan dan masalah nasabah dengan ketersediaan pegawai proaktif
melayani nasabah dengan baik.
2.
Kecepatan transaksi (Speed of Transaction) yaitu kemampuan pegawai melayani nasabah
dengan waktu yang cepat dan singkat tanpa membuat nasabah
menunggu lama dalam pelayanan transaksi, serta persyaratan
kredit mudah dipenuhi nasabah.
3.
Keberadaan pelayanan (Available of Service) yaitu keberadaan pegawai saat memberikan
pelayanan transaksi dan memenuhi kebutuhan nasabah dengan baik, serta nasabah bebas memilih jenis produk/jasa yang diinginkan.
4.
Profesionalisme (Profesionalism) yaitu pegawai menguasai dan memahami produk/jasa
yang ditawarkan pada nasabah sehingga mudah dijelaskan
dan dipahami nasabah,
serta pelayanan yang diberikan tidak pilih kasih
pada nasabah.
5.
Kepuasan menyeluruh dengan jasa yaitu
kemampuan pegawai memberikan pelayanan mudah dipahami,
diikuti dan memuaskan nasabah sesuai dengan harapan dan kebutuhan nasabah serta
peduli dengan keinginan nasabah hingga terpenuhi dengan baik dan memuaskan
Menurut Kotler (Supranto, 1997:231)
terdapat lima determinan kualitas pelayanan jasa yaitu :
1.
Keandalan (Reliability): kemampuan untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan
dengan tepat dan terpercaya,
2.
Keresponsifan (Responsiveness): kemauan untuk membantu pelanggan dan memberikan
jasa dengan cepat atau ketanggapan.
3.
Keyakinan (Confidence): pengetahuan, kesopanan dan kemampuan karyawan untuk
menimbulkan kepercayaan dan keyakinan atau assurance.
4.
Empati (emphaty):
syarat untuk peduli, memberi perhatian pribadi bagi pelanggan.
5.
Berwujud (tangible): penampilan fasilitas fisik, peralatan, personel dan
media komunikasi.
Kotler (2008:10) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan
(nasabah) yaitu tingkatan dimana anggapan kinerja (perceived performence) produk akan sesuai dengan harapan seorang
pelanggan. Bila kinerja produk jauh lebih rendah dibanndingkan harapan atau
melebihi harapan, pembelinya merasa puas atau amat gembira.
Montgomery (Supranto, 1997:2) mengemukakan tingkat kepuasan pelanggan sangat ditentukan oleh mutu
suatu produk, Quality is extent to which
product meet the requrements of peoeple who use them. Jadi suatu produk
dikatakan bermutu bagi seseorang kalau produk tersebut dapat memenuhi
kebutuhannya dan memberikan kepuasan setelah mengkonsumsinya. Untuk itu
perusahaan harus berorientasi pada kebutuhan konsumen, mengerti dan memahami
perilaku konsumennya.
Menurut Barata (2003:41) harapan-harapan pelanggan itu
berupa :
1)
Kemudahan
dalam memperoleh barang dan jasa
Pada
umumnya para pelanggan menginginkan barang dan jasa berada dekat
dengannya sehingga mudah diperoleh. Keinginan dekat dengan produk sangat
berkaitan dengan masalah distribusi, yaitu bagaimana perusahaan berupaya untuk
mendekatkan produk dengan konsumen.
2)
Persyaratan
kualitas barang atau jasa
Dimana
pelanggan umumnya berharap bahwa produk yang dibelinya mempunyai kualitas
tertentu yang minimal dapat memuaskan kebutuhan sesuai dengan yang
diharapkannya. Untuk itu bagi barang-barang tertentu sangat diperlukan
spesifikasi mutu dengan menunjukkan jaminan kualitas.
3)
Harga
yang kompetitif
Pelanggan
pada umumnya menginginkan barang dan jasa yang dapat dibeli dengan harga yang
murah. Dalam hal ini, yang dimaksud murah adalah kesesuaian antara kualitas
barang dan jasa dengan harga yang harus dibayar. Namun harga murah juga dapat
diartikan harga temurah untuk kualitas barang atau jasa yang terbaik.
4)
Cara
pelayanan yang tepat, cepat, dan ramah
Cara pelayanan yang baik di setiap tempat
penjualan atau outlet merupakan salah satu penentu kepuasan pelanggan karena
pelanggan tidak hanya terpuaskan oleh
kualitas barang saja, mereka juga menginginkan kepuasan dari dan saat
perolehannya. Pelanggan lebih tertarik kepada penjual yang dapt meberikan
pelayanan yang tepat, cepat dan ramah, dalam hal ini termasuk pula pelaksanaan
kewajiban penjual untuk mengirimkan barang secara tepat waktu.
5)
Layanan
purna jual sebagai jaminan dan tanggungjawab
Pada umumnya, setiap pelanggan mengharapkan
agar untuk semua barang atu jasa yang dibeli diikuti dengan pembelian pelayanan
purna jual yang baik. Layanan purna jual
yang dimakud dapat berupa tanggung jawab produsen dan atau penjual yang antara
lain dicerminkan melalui hal-hal berikut :
a)
Jaminan
pengantian untuk barang yang tidak sesuai spesifikasi/rusak
b)
Jaminan
pemeliharaan barang untuk waktu tertentu
c)
Penyediaan
tempat-tempat perbaikan
d)
Penyediaan
tempat-tempat penjualan suku cadangg
e)
Penyediaan tempat-tempat menerima pengaduan atau klaim dari konsumen.
Menurut Rangkuti (2006:30) kepuasan
pelanggan merupakan sebagai respon pelanggan terhadap ketidaksesuaian antara
tingkat kepentingan sebelumnya dan kinerja aktual yang dirasakannya setelah
pemakaian. Kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh persepsi kualitas jasa, produk,
harga, dan faktor-faktor yang bersifat pribadi dan bersifat situasi sesaat.
Rangkuti (2006:53-57) menjelaskan penyusunan strategi
untuk meningkatkan kepuasan pelanggan harus mempertimbangkan dua strategi
pemasaran, adalah mempertahankan pelanggan merupakan defensive marketing yaitu melakukan efesiensi biaya, meningkatkan volume
pembelian kembali, menerapkan strategi harga premium serta melakukan strategi
promosi yang tepat. Berorientasi akan menghasilkan margin keuntungan yang
tinggi. Dan upaya mencari pelanggan baru merupakan offensive marketing yaitu meningkatkan pangsa pasar, meningkatkan
reputasi atau citra produk melalui strategi merek serta penerapan strategi premium. Berorientasi akan menghasilkan margin
keuntungan relatif kecil dan perusahaan akan menikmati peningkatan penjualan
yang cukup besar. Gabungan dari dua strategi pemasaran ini akan menghasilkan
profit yang cukup besar.
Menurut Lovelock (Rangkuti, 2006:18) menemukan bahwa
konsumen mempunyai kriteria yang pada dasarnya identik dengan beberapa jenis
jasa yang memberikan kepuasan kepada pelanggan, yaitu :
a. Realibility (keandalan)
kemampuan untuk memberikan jasa secara akurat sesuai
dengan yang dijanjikan.
b. Responsiveness (cepat tanggap)
kemampuan pegawai untuk membantu konsumen menyediakan
jasa dengan cepat sesuai dengan yang diinginkan oleh konsumen.
c. Assurance (jaminan)
pengetahuan dan kemampuan pegawai untuk melayani dengan
rasa percaya diri.
d. Emphaty (empati)
karyawan harus memberikan perhatian secara individual
kepada konsumen dan mengerti kebutuhan konsumen.
e. Tangible (kasat mata)
penampilan fasilitas fisik, peralatan, personel dan
alat-alat komunikasi.
2.
Mengukur Kepuasan pelanggan
Menurut Kotler (Tjiptono,
2000:148-150) untuk mengukur dan memeriksa kepuasan
pelanggan dapat menggunakan alat-alat sebagai berikut :
1) Sistim keluhan dan saran,
Setiap perusahaan yang berorientasi pada
pelanggan perlu memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi para pelanggan untuk
menyampaikan saran, pendapat dan keluhan dengan menggunakan kotak saran
menyediakan kartu komentar saluran khusus dan lain sebagainya.
2) Survei kepuasan pelanggan
Melalui survei perusahaan akan memperoleh
tanggapan umpan balik secara langsung dari pelanggan yang sekaligus juga
memberikan tanda positif bahwa perusahaan menaruh perhatian terhadap pelanggan
3) Pelanggan fiktif
Metode ini dilakukan dengan cara memperkerjakan
beberapa orang untuk berperan atau bersikap sebagai pelanggan atau pembeli
potensi produk perusahaan dan pesaing.
4) Analisa Konsumen yang Hilang
Perusahaan berusaha menghubungi para
pelanggan yang berhenti membeli atau yang telah beralih pemasok yang diharapkan
adalah yang akan memperoleh informasi
penyebab terjadinya hal tersebut. Informasi ini sangat bermanfaat dalam ranggka
meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan.
Menurut Supranto (1997:3) mengatakan pengukuran tingkat kepuasan erat hubungannya
dengan mutu produk (barang atau jasa) pengukuran aspek mutu bermanfaat bagi
pimpinan bisnis yaitu :
a)
Mengetahui
dengan baik jalannya atau bekerjanya proses bisnis.
b)
Mengetahui
dimana harus melakukan perubahan dalam upaya melakukan perbaikan secara terus
menerus untuk memuaskan pelanggan, terutama untuk hal-halyang dianggap penting
oleh pelanggan.
c)
Menentukan
apakah perubahan yang dilakukan mengarah ke perbaikan (Improvement).
Berbagai teknik pengukuran dapat memberikan indeks mutu,
serta terfokus kepada objektif atau indeks keras (hard indexes). Dalam perusahaan jasa (salah satunya meminta kredit
di bank) pengukuran bisa mencakup waktu untuk menyelesaikan suatu jasa. Pengetahuan persepsi dan sikap pelanggan tentang
organisasi bisnis akan meningkatkan peluangnya untuk membuat keputusan bisnis
menjadi lebih baik. Organisasi bisnis ini akan mengetahui kebutuhan dan harapan
pelanggan dan akan dapat menentukan apakah memang dapat memenuhinya dengan cara
yang memuaskan. Instrumen atau alat pengukuran kepuasan pelanggan
harus benar-benar dapat mengukur dengan tepat persepsi dan sikap pelanggan
tersebut.
Lebih lanjut Supranto (1997:5) menjelaskan salah satu cara untuk mengukur sikap
pelanggan ialah dengan menggunakan kuisioner terutama untuk perusahaan jasa, karena
sektor jasa tidak terlihat tapi bisa dirasakan. Mutu ditentukan oleh kenyataan,
apakah barang atau jasa memenuhi kebutuhan pelanggan, pengukuran mutu didalam
perusahaan jasa mungkin akan lebih baik juka diukur dengan menggunakan persepsi
pelanggan tentang jasa yang diterima, memuaskan atau mengecewakan juga termasuk
lamanya waktu pelayanan.
3. Pengertian Pelayanan
Menurut Kasmir (2006:15) pelayanan diartikan
sebagai tindakan atau perbuatan seseorang atau organisasi untuk memberikan
kepuasan kepada pelanggan atau nasabah.
Kasmir (2006:18-21) menjelaskan dasar-dasar pelayanan
yang harus dipahami dan dimengerti untuk memberikan pelayanan yang lebih
berkualitas adalah :
1. Berpakaian dan berpenampilan rapi dan bersih
2. Percaya diri, bersikap akrab dan penuh dengan senyum
3. Menyapa dengan lembut dan berusaha menyebutkan nama jika
sudah kenal
4. Tenang, sopan, hormat serta tekun mendengarkan setiap
pembicaraan
5. Berbicara dengan bahasa yang baik dan benar
6. Bergairah dalam melayani nasabah dan tunjukkan kemampuannya
7. Jangan menyela atau memotong pembicaraan
8. Mampu meyakinkan nasabah serta memberikan kepuasan
9. Jika tidak sanggup menangani permasalahan yang ada, minta
bantuan
10. Bila belum dapat melayani, beritahukan kapan akan
dilayani
Menurut Kasmir (2006:31) pelayanan yang
baik adalah kemampuan perusahaan dalam memberikan pelayanan yang dapat
memberikan kepuasan kepada pelanggan dengan standar yang telah ditetapkan.
Kemampuan tersebut ditunjukkan oleh sumber daya manusia dan sarana serta
prasarana yang dimiliki.
Pelayanan pada hakikatnya adalah
serangkaian kegiatan yang merupakan proses serta berlangsung secara rutin dan
berkesinambungan untuk membantu menyiapkan, mengurus apa yang diperlukan orang. Pelayanan adalah perihal atau cara melayani, sedangkan pelayan andalah orang yang
melayani/ membantu/ pesuruh (Ali, 1997:571).
Menurut Moenir (1992 : 40)
kriteria pelayanan yang baik adalah:
a) Kemudahan dalam pengurusan kepentingan.
b) Mendapatktan pelayanan yang wajar
c) Mendapatkan perlakuan yang sama tanpa pilih
kasih
d) Mendapatkan perlakuan yang sama dan terus terang
Menurut Lukman (2001:4) pelayanan prima adalah pelayanan
yang sangat baik atau pelayanan yang terbaik dimana dengan membantu dan
berusaha mengurus kebutuhan orang lain dan seseorang. Sependapat dengan Boediono (2003:60) pelayanan adalah suatu proses bantuan
kepada orang lain dengan cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan
hubungan interpersonal agar terciptanya kepuasan dan keberhasilan.
Sependapat dengan Kotler (2008:350) pelayanan adalah manfaat
yang disediakan atau ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain.
Menurut Brata (2003:11)
bahwa proses memberikan pelayanan kepada pelanggan meliputi :
1)
Penyedia
Layanan
Penyedia layanan (service provider) adalah pihak yang dapat memberikan layanan
tertentu kepada pelanggan, baik layanan dalam bentuk penyediaan maupun
penyerahan barang dan jasa.
2)
Penerima
layanan
Penerima layanan (service reciever) adalah mereka yang disebut sebagai konsumen atau
pelanggan yang menerima layanan dari penyedia langganan.
3)
Jenis
Layanan
Jenis layanan dapat diberikan oleh pemberi
layanan kepada pihak yang membutuhkan layanan terdiri dari bermacam-macam
diantaranya :
-
Pemberian
jasa saja.
-
Layanan
yang berkaitan dengan penyediaan dan distribusi barang-barang.
-
Layanan
ganda yang berkaitan dengan keduanya.
4)
Kepuasan
Pelanggan
Dalam menyelenggarakan layanan, pihak penyedia
layanan atau pemberi layanan harus selalu berupaya kepada tujuan utama
pelayanan yaitu kepuasan pelanggan, maka pelayanan pelayanan yang diberikan
sudah baik.
Menurut Nawawi (1994:14) manusia yang berkualitas adalah individu yang mampu
mendayagunakan pengetahuan dan pemahamannya untuk melakukan proses berfikir
yang kritis, logis dan dinamis sehingga memungkinkan sumber daya manusia
menjadi lebih produktif.
DAFTAR
PUSTAKA
Ali,Lukman.1997.Kamus Bahasa
Indonesia. Jakarta:Balai
Pustaka
Arikunto,Suharsimi.2000.
Prosedur Penelitian, Suatu
Pendekatan & Praktek.
Jakarta:Rineka Cipta
Boediono,B.2003.
Pelayanan Prima Perpajakan. Jakarta: PT.Asdi
Mahasatya
Brata, Atep Adya.2003. Dasar-Dasar Pelayanan Prima Persiapan Membangun Budaya Pelayanan Prima
Untuk Meningkatkan Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan. Jakarta: Elex
Komputindo
Bungin,HM.Burhan.2008.
Metodologi Penelitian Kuantitatif.
Jakarta : Kencana
Gerson,Richard F.2004. Mengukur Kepuasan Pelanggan.Jakarta:PPM
Kasmir.2006. Etika
Customer Service. Jakarta: Raja Grafisindo Persada
Kotler,Philip.
2008. Prinsip-Prinsip
Pemasaran.Bandung:Erlangga
Lukman,Sempara.2001.Pengembangan Pelaksanaan Pelayanan Prima. Jakarta:
LAN-RI
Moenir,HAS.1992.Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta:
Melton Putra Offset
Moleong,Lexy J.2007. Metodelogi
penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya
Nawawi,Hadari.1995. Ilmu
Administrasi. Yogyakarta: UGM
Press
Nazir,Moh.1998. Metode
Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Purwanto,Erwan
Agus dan Dyah Ratih Sulistyastuti.2007. Metode
Penelitian Kuantitatif. Yogjakarta : Gaya Media
Rangkuti,Freddy.2006. Measuring
Customer Satisfaction (Teknik Mengukur Dan Strategi Meningkatkan Kepuasan Pelanggan).
Jakarta: Gramedia
Sugiyono.2005.
Metode Penelitian Administrasi. Bandung:Alfabeta
Supranto,J.1997.
Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk Menaikkan Pangsa Pasar. Jakarta: Rineka
Cipta
Tjiptono,Fandy.2000. Manajemen
Jasa. Yogjakarta: ANDI Offset
Tim penyusun Stisipol Raja Haji Tanjungpinang.2006. Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan
Skripsi. Tanjungpinang: UPT Stisipol Raja Haji
Umar,Husen.2001.
Riset Sumber Daya Manusia Dalam
Organisasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar