Senin, 30 April 2012

PUISI : Erni Mirnawati

KETEGUHAN HATI, LISAN ENGGAN, dan HILANG
oleh :

Erni Mirnawati
Mahasiswi Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang Kepulauan Riau


KETEGUHAN HATI
(pantang menyerah)

Bila sehat,
Tetapi takut sakit dan mati
Maka akan digelayuti perasaan takut seumur hidup
Yang tak kunjung hilang.

Jika berpendapat bahwa
Suatu saat akan gagal
Maka yang ditakuti bukan kegagalannya,
Tetapi justru diri sendiri
Yang menakut nakuti pikiran.

Bertahan untuk menghadapi setiap kegagalan
Bukan untuk menghadapi ujung dari perjalanan
Tetapi justru untuk mempertahankan kehidupan,
Karena yang akan membuat kita tetap hidup adanya harapan dan motivasi.
Harapan yang selalu ada dalam pikiranmu
Telah memberi semangat gairah hidup yang baru.
Untuk itu, terus bertahan dari setiap kegagalan yang dialami.

Kesuksesan itu seperti kain
Untaian serat benangnya adalah rangkaian dari kegagalan
Dan kapas adalah kesulitan sehingga
Yang dijadikan sebuah kain.
Kusuksesan tidak mudah 'dirobek' oleh kekuatan manapun bila dirajut dengan baik.
Batang jarumpun bisa dibuat dari batangan logam
Sekalipun itu tidak mungkin, tetapi bisa
Hanya butuh waktu sekalipun lama sekali.

Kuncinya adalah keteguhan hati yang tidak pernah kenal menyerah dari setiap kegagalan.

tanjungpinang, juli 2011


LISAN ENGGAN

Rebahkan kata dengan secuplik tinta
Buaian cinta membuka angan
Tercuah cuap luapan harapan mutiara

Kais mengais
Jerih menagih
Tertegun tanpa seucap katapun
Hanya gerak gerik lirik
Menilik hati sampai kapan begini

Dua lapis delima
Diam tanpa tegur sapa
Kelopak membentak serentak
Tetap tunduk terkantuk
Walau pelipis menetes rintik-rintik membasahi rona cahaya

Jemari berdikari
Bersadu padu
Tak mampu walau hanya satu
Hanya didepan hembus nafasmu
Hanya dibalik erat pelukmu
Lisanku tetap enggan

Tetap tintaku menyigap
Mendekap erat disecarik kertas hias
Hingga meluah bahasa penuh asa
Ingin selamanya bersama

tanjungpinang, juni 2011


HILANG

ku ukir kata
ku tata-tata kata semoga bermakna

ku tuai kata
bait kata tercurah dengan semangat bergairah

untaian kata tersusun
ku baca didepan mata
namun apa daya katanya tak guna

kata terluah bukan menyanggah
atas kelaku tak bertuah
semua tersiar biar mengalir
hulu hilir kesana kemari

kataku kata biasa
tak lelah ku mencoba
karna kata tak kan habis oleh karya
akanh terus menjulang
menuai makna yan g hilang

wajahku wajah naif
tapi lakuku bukan fiktif
siapa sangka hati dapat besua
oleh cinta terdamba

kini hilang tak bersisa
katanya cuma nista
hah! lalu apa guna selama ini aku usaha
teramat baik nasib menghampiri
biarlah ku simpan dalam hati

ku mulai saja ayunkan langkah
semoga berkah
dengan riyadhah dan muhasabah
tak luput ucap basmalah

tanjungpinang, Mei 2011

PUISI : Bermihrab dalam KasihNya

Bermihrab dalam KasihNya  
Oleh :
Erni Mirnawati
Mahasiswi Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Maritim Raja Ali Haji ( UMRAH ) Tanjungpinang Kepulauan Riau 
2011

Aku Percaya

Ketika ku ambangkan kebencian 
Meralat sebuah sikap kemunafikan 
Mencoba tanamkan kejujuran 
Lalu apa yang disampaikan! 
Kau diam seolah tenggelam 

Ketika ku terjunjung galunggung bingung 
Terhempas, Naluriku terampas 
Sungguh, ku ingin kau mampus pupus hangus termakan kata ingusmu 

Ketika ku coba bersahaja dengan kata 
Ku tata sedemikian rupa 
Bukan istilah permainan saja 
Tapi perhalus bulusku yang ku tuju padamu hei sang hampa 

Ketika kupermainkan akal 
Pancaroba datang menyapa 
Bagaimana aku bisa, 
Sajak infak pun tak mampu membujukku 
Untuk tak lagi merawat dengkiku 

Tiada daya dan upaya 
Jika ku percaya 
Tuhan bisa 

Kenapa tidak ku tunggu saja 
Sampai berkata "ia" untuk menutup rambu rambu perusak akhlaqku 
 Maka tak perlu ku bergema usaha 
Cukup ku tunggu kepastian yang akan ku rasakan 
Agar hatiku terawatkan kembali 
Hambar onar tak akan lagi berkoar 
Aku percaya Tuhan Maha Besar 

Salam Ta'zim 
Erni Mirnawati
Tanjungpinang, 23 juli 2011 

Kepemimpinan 'Air' (Water Leadership) 

Tidak ada yang lebih lembut dari air 
Dan juga mampu menghancurkannya 
Kemampuannya untuk menembus tempat tempat sulit 
Celah celah kecil sekecil apapun 
Ia berani mengambil risiko untuk masuk ke dalamnya 

Yang lemah mengalahkan yang kuat 
Karena ketekunan dan keuletan sifat air 
Yang cerdik mengalahkan yang keras 
Karena kejeliannya membaca situasi dan kondisi 

Air menggunakan strategi dalam bergerak dan berjalan 
Pemimpin yang hebat itu seperti air 
Tidak bersaing karena ketinggiannya 
Tetapi menariknya untuk masuk ke dalamnya 

Bila ia dihambat oleh batu besar 
Ia selalu mencari celah untuk melewatinya 
Jika tidak ada, maka ia akan lewat disampinngnya 
Jikalau tidak ada celah ia akan diam 
Lalu perlahan lahan menenggelamkannya 
Karena air mempunyai kekuatan besar 

Air itu sederhana dan tidak sombong 
Ia tidak memaksakan kehendak untuk maju 
Namun berjuang untuk mencari celah agar Air yang lain bisa bergerak maju 

Air itu bersifat tenang tetapi tidak menghanyutkan 
Ia rajin bergerak kesegala penjuru 
Penuh perasaan dan rendah hati 
Ia tahu kapan mengambil kesempatan untuk mengisi ceruk yang ada 
Lautan yang besar adalah raja dari segala anak sungai 
Karena ia selalu memposisikan dirinya lebih rendah dari anak sungai 
Itulah kepemimpinan air 

Salam takzim .... 
Tanjungpinang, 11 Juli 2011 

Ketakutan atau Motivasi 

Yang Anda lihat dari sebuah kesulitan 
Ketakutan itu tidak segan segan menghantui setiap orang, 
Menghambat laju gerak orang untuk sukses. 
Ganas! 
Bahkan tidak segan segan membenamkan harapan Anda Ke dalam lumpur mimpi 

Ketakutan itu hanyalah bayang bayang 
Jangan pernah mau pikiran Anda ditutup Oleh rasa takut 
yang kemudian menguasai pikiran Anda 
Ketakutan itu sebenarnya hanya virus dalam pikiran Anda 
Yang menjelma menjadi sebuah persepsi 
Bahwa ketakutan harus dihindari. 

Untuk itu, buang jauh jauh rasa ketakutan Anda 
Anda harus masuk kedalamnya, 
Maka Anda akan menemukan sesuatu yang menarik, 
Yaitu keberanian. 
Wake up! Bangkitlah! 

Rasa takut itu seperti setetes tinta di atas hamparan air susu yang putih. 
Ia akan menghitamkan air susu hingga menjadi gelap. 
50% kemampuan Anda akan hilang karena rasa takut yang belum terbukti. 
Masalah? 
Itu sudah pasti, dan itu adalah bagian dari kesulitan kesulitan Anda. 

Masalah adalah bentuk lain dari sebuah peluang 
bila Anda berpikir bahwa itu tantangan, 
namun 
bila Anda berpikir bahwa masalah adalah kesulitan dan hambatan yang harus dihindari Anda tidak akan pernah mendapatkan pelajaran dari masalah yang Anda hadapi.(ujar Ir. Hendro) 

Jika Anda ingin sukses 
maka tidak ada jalan yang terbaik dan lebih baik selain Anda menghadapi masalah yang menyelesaikan masalah itu. 

(Catatan: Spirit untuk kaum Muda atau berjiwa muda yang ingin sukses dan Berani menerabas Tantangan). 

Salam Hormat dari 
Erni Mirnawati 
Tanjungpinang, 8 Juli 2011 


Be the Best for Yourself 

Jika kau tidak dapat menjadi pohon cemara 
Yang indah di puncak bukit sana 
Tak ada salahnya Anda menjadi rumput 
Yang hijau menghampar anggun di lembah bukit 
Karena tidak semua orang menjadi pohon cemara 

Bila tidak menjadi rumput yang anggun pun 
Tidak akan salah bila Anda menjadi semak belukar 
Sebagai pelindung bunga mawar yang harum semerbak 
Karena ia yang mendukung keindahan 

Seandainya kau bukan seekor ikan mas yang cantik 
Jadikan dirimu seperti ikan sepat yang lincah di payaumu 
Karena tidak semua orang harus menjadi cantik 

Jika anda orang yang lincah 
Kalau kau bukan sebutir jagung yang manis dan gurih 
Berwarna kuning keemasan 
Maka tidak ada salahnya Anda menjadi sebutir kedelai 
yang bisa menjadi makanan yang lezat 

Semua orang tidak ada yang bodoh dan tidak bisa sukses 
Anda punya hak yang sama untuk sukses 
Karena dalam hidup ini... 
Tidak semua menjadi yang tercerdas, tercantik, terkaya dan terkenal 

Tetapi menjadikan mereka mewujudkan impian 
adalah cara Anda dikagumi oleh orang sekitar Anda 
Pasti ada yang istimewa dalam dirimu, 
Gali, berdayakan dan tingkatkan 
Maka kesuksesan ada di depan mata. 
All the sperit for You, if want to sucses. 

Thank so much 
Tanjungpinang, 4 Juli 2011 


Akhi ...

Wahai Akhi
Pernahkan kau sadari 
Jiwa ini terbentuk dan terlahir dalam keadaan islami 

Wahai Akhi, 
Pernahkah kau melihat 
Diri bersahabat dengan para akhwat, diri belajar bertaubat 

Wahai Akhi, 
Pernahkah kau mendengar Perkataan 
ingkar saat bersama yang mungkar 

Wahai Akhi, 
Pernahkah kau merasakan 
Aku merasa terbebankan 
Dengan keinginan yang tidak ada dukungan 

Wahai Akhi
Pernahkah kau memegang Qalbu 
yang begitu renggang dan berdendang dalam riang 

Wahai Akhi
Pernahkah kau mencium Bau kaum solehah berselimut ka'bah

Wahai Akhi
Pernahkah kau memakan sayang keikhlasan 
Apabila dikunyah dan ditelan tidak samar kau rasakan 

Wahai Akhi,
Kusadari semua ini ada pada dalam diri 
dan terpatri berharap sang Akhi akan mengimami, 
Dan kini kurasakan semua berawal dan berlanjut pada Akh (....) 
semoga sampai nanti yaa Rabbi, 

Aku tak berdo'a yang terbaik untukku, 
tapi izinkan aku mempercayainya untuk membimbingku 
bertunduk padaMU Ya Rabbul Izzati 

Aku tak berdo'a kirimkan pria tampan dari surga peneman kehidupan, 
tapi biarkan aku inginkannya mengimami diri 
saat menjalani garis kehidupan yang telah Kau garisi Ilahi 
Ya Rakhman Ya Rakhhim 
Aku tak berdo'a Kau memberi yang bisa memenuhi nafsu birahi, 
tapi beri Akhi yang kusayangi 
menemani hariku sampai akhir khayatku menuju Allahurabbiy 
Allahumma Aamiin Akhi, fii amaanillaah, 
sa akuunu fii intidtaarika hunaa, 
yashhabuka du'aa iy wa syaeqiy 

Tanjungpinang, 30 juni 2011 
Buah Karya : Erni Mirnawati 

Minggu, 29 April 2012

Dahlan Iskan dianggap pesaing politisi


Aksi Dahlan Gelisahkan Politisi untuk Pemilu 2014 
TEMPO.CO Jakarta:- Manuver dan kiprah Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Dahlan Ishkan menggelisahkan sebagian politisi, terutama untuk persaingan di Pemilihan Umum 2014. Dahlan yang banyak mendapat simpati dan dukungan dari masyarakat dianggap sebagai saingan potensial dalam pemilu tersebut.
»Dahlan Ishkan dianggap saingan atau rival 2014, entah sebagai calon Presiden atau calon Wakil Presiden,” kata Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Ramadhan Pohan, Minggu 15 April 2012.
Ia menyatakan, ada beberapa politisi yang merasa tidak nyaman dengan Dahlan. Rasa tidak nyaman ini muncul, menurut dia, karena kiprah Dahlan selalu membuat heboh di kalangan masyarakat kelas menengah. Masyarakat dinilai memberikan respon positif kepada mantan Direktur Utama PLN ini. »Simpati dan dukungan publik tinggi padanya,” kata Ramadhan.
Ia menyebut salah satu aksi Dahlan yang cukup menyita perhatian publik adalah insiden macet di pintu toll Semanggi. Ia memaparkan, masyarakat menilai Dahlan sebagai sosok yang memiliki gaya hidup sebagai pekerja, jauh dari gaya birokrat, dan sangat berkarakter populis. »Ini justru menggelisahkan bagi sebagian politisi,” katanya.
Terkait dengan interpelasi yang diajukan sejumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Ramadhan menyatakan, ada indikasi upaya sistematis untuk menghentikan kiprah Dahlan. Ia juga menyatakan, DPR silakan saja menyampaikan interpelasi. Akan tetapi, bila argumentasinya lemah maka interpelasi hanya tinggal sensasi. ”Kali ini ada upaya interpelasi, besok lusa mungkin asasinasi karakter,” kata Ramadhan.
Sebelumnya, sejumlah anggota DPR mengajukan hak interpelasi terhadap Dahlan terkait Surat Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor 236 Tahun 2011. Ketua Umum Golkar, Aburizal Bakrie atau Ical menyampaikan, anggota Golkar adalah yang mengusung interpelasi ini.
Sebanyak 38 anggota DPR dipimpin Wakil Ketua Komisi VI dari Fraksi PDI Perjuangan, Aria Bima, telah mengajukan hak interpelasi ke pimpinan DPR untuk mendapat penjelasan dari pemerintah atas kebijakan Dahlan menerbitkan Keputusan Menteri tersebut. Permasalahannya adalah Dahlan mendelegasikan sebagian wewenang Menteri BUMN kepada pejabat eselon I, dewan komisaris, dan direksi BUMN.


SOSIOLOGI HUKUM : Obyek Sosiologi Hukum


Obyek Sosiologi Hukum

 Obyek Sosiologi Hukum

  1. Beroperasinya hukum di masyarakat ( ius operatum) atau law in action dan pengaruh timbal balik antara hukum dan masyarakat.
  2. Dari segi statiknya (struktur) : kaidah sosial, lembaga sosial, kelompok social dan lapisan sosial.
  3. Dari segi dinamiknya ( proses sosial), interaksi dan perubahan sosial.

Menurut Soetandyo Wignyosoebroto:
  1. Mempelajari hukum sebagai alat pengendali sosial ( by government ).
  2. Mempelajari hukum sebagai kaidah sosial. Kaidah moral yang dilembagakan oleh pemerintah.
  3. Stratifikasi sosial dan hukum.
  4. Hubungan perubahan sosial dan perubahan hukum.
Menurut Soerjono Soekanto :
1.       Hukum dan struktur sosial masyarakat. Hukum merupakan Social Value masyarakat.
2.       Hukum, kaidah hukum dan kaidah sosial lainnya.
3.       Stratifikasi sosial dan hukum.
4.       Hukum dan nilai sosial budaya.
5.       Hukum dan kekerasan.
6.       Kepastian hukum dan keadilan hukum.
7.       Hukum sebagai alat untuk melakukan perubahan sosial.

Kamis, 26 April 2012

BBM : 8 Negara BBM Termurah Di Dunia



8 NEGARA BBM TERMURAH DIDUNIA
08. Bahrain Rp.2519/liter
Negara pulau kecil ini memiliki luas wilayah hanya 266 mi ² (665 km ²). Jika Anda memutuskan untuk berkeliling pulau Anda harus tahu bahwa perjalanan ini akan sekitar 100 mil (161 km). Jadi mengapa tidak memberikan gas orang-orang dengan tanah harga murah? Berapa banyak gas yang mereka butuhkan sih? Ini bukan seperti ada beberapa jauh tujuan Anda bisa berkendara ke.
07. Quatar Rp.2052/liter
Jika Anda akan menjadi pemerintah negara terkaya kedua di dunia, Anda tidak ingin orang-orang untuk membayar terlalu banyak untuk gas. Setelah semua – mereka dapat marah kepada Anda jika mereka tidak punya cukup uang untuk membeli pesawat kedua mereka! Jadi tentu saja, masuk akal untuk mempertahankan harga gas yang sangat rendah di Qatar.
06. Kuwait Rp.1959/liter
Mirip seperti kesepakatan yang sama di Kuwait seperti di Qatar! Tapi Kuwait hanya 4 negara terkaya di dunia, sehingga masuk akal bahwa gas di Kuwait adalah sedikit lebih murah daripada di Qatar! Orang-orang di Kuwait mungkin tidak mampu membayar harga Qatar telah!
05. Arab Saudi Rp.1119/liter
Ketika Raja Abdullah dari Arab Saudi dilihat negara asing ia biasanya pergi dengan 6 pesawat – 1 untuk dirinya sendiri dan anak-anaknya dan lain 5 untuk teman-temannya terdekat. Semua orang tahu bahwa pesawat mengkonsumsi banyak bahan bakar! Sekarang jika mereka hanya akan menurunkan harga sedikit mereka mampu membawa mereka bahwa 7 Boeing 747 pribadi.
04. Iran Rp.1026/liter
Pada tingkat produksi saat ini diperkirakan bahwa Iran akan kehabisan minyak dalam 74 tahun. Mereka berusaha untuk menyingkirkan lebih cepat dengan memberi jauh dengan harga sangat murah.
03. Nigeria Rp.930/liter
Nigeria memiliki sumber minyak 10 terbesar di dunia. Mereka juga memiliki sekitar 150 juta orang dan sejarah kekerasan. Campuran ini dengan pemerintahan yang korup and ingin menyimpan uang mereka dapat dari menjual minyak ke negara lain lebih dari $ 37320/gallon (sekitar $ 10263/liter) masuk akal bahwa mereka menjaga harga local bawah. Anda tidak ingin membuat orang gila, menjatuhkan pemerintah dan membunuh semua orang yang mereka tidak suka! Anda tidak dapat menggunakan uang setelah Anda mati, bisa Anda?
02. Turkmenistan Rp.746/liter
Turkmenistan adalah jauh negara paling keren dalam daftar. Sampai Desember 2006 itu diperintah oleh presiden untuk kehidupan Saparmurat_Niyazov. Beberapa hal-hal yang keren telah dilakukan:
* Resmi bernama nama bulan setelah anggota keluarganya
* Menang pemilihan “demokratis” dengan 99,9% suara!
* Ditutup turun semua perpustakaan pedesaan – “Kebanyakan Turkmenistan orang tidak membaca buku”
01. Venezuela Rp466/liter
Venezuela dipimpin oleh presiden Hugo Chavez – seorang president cukup terkenal bagi mereka yang mengikuti politik internasional. Dia banyak ke sosialisme. Ini termasuk memiliki negara mengambil alih perusahaan swasta cukup banyak dan melakukan apa pun berpikir membantu orang untuk memiliki kehidupan yang lebih baik. Yang menyenangkan adalah ketika dia melakukan sesuatu yang besar ia selalu meminta pendapat orang
!

SKRIPSI : Kesulitan Menulis Skripsi

Kesulitan Menulis Skripsi
http://www.e-psikologi.com/epsi/pendidikan_detail.asp?id=226
Kategori Pendidikan
Oleh : Zainun Mutadin, SPsi. MSi.


Saya adalah mahasiswa Fakultas Psikologi yang sedang menyusun skripsi. Pada saat ini saya sedang dilanda kebingungan sebab belum tahu topik apa yang harus saya tulis. Setiap kali saya ingin memulai saya tidak tahu harus mulai dari mana dan saya merasa malas sekali. Sekarang ini saya bahkan jadi segan ke kampus karena takut ditanya oleh teman-teman dan dosen pembimbing. Gimana dong caranya supaya saya bisa menyelesaikan skripsi?
........................... lihat http://www.facebook.com/note.php?created&&suggest¬e_id=387273999737

Rabu, 25 April 2012

ILMIAH : Orasi Ilmiah Suhardi Mukhlis


Naskah Orasi Ilmiah Sempena Wisuda Sarjana VII STISIPOL RAJA HAJI

oleh : Suhardi Mukhlis
26112007
ALU-ALUAN
 Yang dimuliakan Ketua Senat STISIPOL Raja Haji, Ketua Dewan Pengurus YRHF, Koordinator Kopertis Wilayah X (Sumbar, Riau, Jambi, dan Kepri), dan Gubernur Kepulauan Riau yang didahulukan selangkah, ditinggikan seranting, dilebihkan serambut, dan dimuliakan sekuku.  Encik-encik, puan-puan, tuan-tuan para jemputan yang besar tidak diimbau gelar, yang kecil tidak disebut nama, yang raja dengan daulatnya, yang datuk dengan tuahnya, yang alim berkitabullah, yang penghulu dengan hulunya, yang cerdik penyambung lidah, yang berani pelapis dada, yang tua pembawa petuah, yang muda penerima amanah khasnya wisudawan/i.
 TAJUK:
KRISIS FILOSOFI KEHIDUPAN
 A. Sekapur Sirih
Dewasa ini, kehidupan manusia boleh dikatakan sedang mengalami krisis (kegawatan) spritual dan moral, sementara kecerdasan (kepintaran) intelektual mengalami kemajuan yang pesat dan melesat.  Anggapan ini berteraskan kepada fakta bahawa dimana-mana, di segala tarap dan bidang kehidupan sedang mengalami krisis kehidupan (krisis filosofi hidup).
Mereka yang merasa terdidik justru menjadi koruptor, dan mereka yang kurang atau tak terdidik menjadi perompak.  Ada pula kumpulan yang kebingungan, lalu menjadi penghisap dadah dan sabu-sabu.  Faktor pertama dan utama penyebab kepelbagaian kegawatan kehidupan ini ialah pendidikan.  Bukan pendidikan keluarga, bukan juga pendidikan sekolah, dan bukan pula pendidikan masyarakat, tetapi pendidikan dalam makna satu jalinan sistem daripada ketiga sentra pendidikan itu sendiri.
Bagaimana baikpun pendidikan di dalam persekitaran keluarga, tetapi apabila tidak direspons secara tepat di dalam penyelenggaraan pendidikan sekolah, maka akhirnya hanyalah melahirkan sumber manusia yang tak berdaya dan tidak kreatif. Walaupun pendidikan sekolah boleh menghasilkan sumber manusia berkualiti (kreatif, kompeten, dan mahir), tetapi masyarakat termasuk dunia kerja tidak merespon secara adil, boleh dipastikan kemajuan kehidupan masyarakat tetap dalam lamunan belaka.
Untuk mendapatkan gambaran seberapa parahnya krisis itu terjadi dan seberapa jauh pendidikan itu berpengaruh, berikut ini didedahkan beberapa aspek pokok kehidupan masyarakat manusia.
  • B. Ekonomi Kanibal
 Abad 21 ditandai dengan semakin kukuh dan tegaknya falsafah hidup positivisme materialistik dan gaya hidup ekonomi kapitalistik.  Tabiat manusia berkecenderungan memperoleh kekayaan material sebanyak mungkin menerusi jalan apapun.
Moraliti persaingan mendorong sistem ekonomi kapitalistik yang cenderung memonopoli barang-barang (barangan) produksi mulai daripada produksi sehinggalah kepada mekanisme pasar (konglomerasi).  Akibatnya kehidupan sosial terbahagikan menjadi dua lapisan, iaitu produsen dan konsumen.  Produsen merasakan suatu kebahagiaan berupa kenikmatan ketika menguasai pasar untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya.  Manakala konsumen pula merasakan kebahagiaan berupa kenikmatan mengkonsumsi dan memakai barang-barang (barangan) produksi.  Dengan watak ini konsumen menjadi semakin terjerat dengan ketergantungannya kepada produsen.
Antara produsen dan konsumen diam-diam membina permufakatan (baca: kompromi) berupa nilai kenikmatan hidup daripada barang-barang (barangan) produksi.  Keadaan ini membuat posisi sentral kaum kapitalis sebagai produsen semakin kukuh untuk memperoleh kebebasan menguasai ekonomi pasar (perniagaan). Semakin barang-barang (barangan) produksi itu memberikan kenikmatan hidup, semakin kuat pula ketergantungan konsumen kepada produsen.  Hubungan demikianpun terkesan logik dan tak ada salah dan dosanya.  Pada titik nilai kenikmatan itu, kedua belah pihak seakan-akan saling mendapatkan keuntungan, sehingga mereka terikat dengan romantika kehidupan.
Tetapi ketahuilah di sebalik romantisme ekonomi kapitalis, sesungguhnya terjadi kanibalisme kehidupan yang pada masanya siap membaham realiti kehidupan.  Pasalnya produsen semakin terdorong untuk melipatgandakan kuantiti kenikmatan.  Dorongan ini seterusnya membentuk sikap cenderung bersifat merosak dan menghancurkan.  Begitu juga daripada pihak konsumen, ketergantungannya kepada produsen mendorong terbentuknya sikap dan tabiat malas (laze) dan tidak kreatif.  Akibatnya terjadilah apa yang disinyalir oleh Roma Irama, yang kaya makin kaya, dan yang miskin makin bertambah.  Data menunjukkan Indonesia merupakan negara ketiga pertumbuhan orang kaya tertinggi (16,0%) sekawasan Asia-Fasifik setelah India (20,5%) dan tempat pertama Singapura (21,2%) atau hampir dua kali ganda pertumbuhan secara global (8,3%) dan pertumbuhan kawasan (8,6%).  Bertolak belakang daripada itu yang miskin menurut statistik resmi (July 2007) di negeri ini terdapat 37,17 juta orang.  Ada yang tidak percaya karena berpandangan jumlah bilangan orang miskin di negeri ini jauh lebih banyak lagi.
Rupa-rupanya, tanpa disedari, kita kembali pada tarap pertama daripada peringkat hidup mengikut Abraham Maslow, iaitu faali (psikological need).  Kita hanya setakat mementingkan  sandang, pangan, dan papan.  Kemajuan yang ada hanyalah setakat terletak pada peningkatan secara kuantitatif daripada keperluan yang bersifat asas itu.  Seterusnya deviasi realisasi peringkat keperluan yang lebih tinggi (keamanan dan aktualisasi diri).  Kita seolah-olah saja sudah meraih peringkat itu, walaupun sebenarnya hanya setakat pada peringkat fisikal (faali).  Kita seolah-olah sudah mencapai aktualisasi diri ketika menjadi kaya dan punya pangkat serta jawatan tinggi.  Walhal itu terjadi bukan pada tataran substansial, melainkan hanya sekedar kemasan daripada realisasi keperluan peringkat pertama mengikut Maslow.
Moraliti negatif inipun bertentangan dengan hukum kodrat kehidupan manusia, yang pada masanya (dalam situasi dan kondisi tertentu) pasti merosak dan meluluhlantakkan (baca: menghancurkan) tatanan kehidupan.  Dengan moraliti kanibalistik, di masa hadapan, dalam situasi dan kondisi tertentu, boleh jadi produsen memangsa habis konsumen dan di antara produsen saling memangsa, akibatnya kiamatlah sejarah peradaban manusia, seperti mana disinyalir dalam Al-Quran berikut ini:
“Telah kelihatan kerusakan di darat dan di laut, disebabkan usaha tangan manusia, karena Tuhan hendak merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, supaya mereka kembali[1] (Q.S. Ar-Rum 41)”.
“Dan setiap nasib buruk yang menimpa kamu, adalah disebabkan perbuatan tangan kamu sendiri [2]; dan Tuhan memaafkan sebagian besarnya.  Dan kamu tidak sanggup menghindarkan diri (dari hukuman Tuhan) di muka bumi; dan kamu tiada memperoleh perlindungan dan penolong selain dari Allah (Q.S. Asy-Syura 30-31)”.
Sekarang bangsa ini memerlukan revolusi mentaliti. Revolusi yang membersihkan hati dan pikiran dari kerakusan dan pembodohan. Revolusi yang menyatukan perkataan dan perbuatan. Jangan hanya setakat menjadi bangsa “bicara” dan “upacara” kata Dr. AS Dillon.  Revolusi yang membuat orang Indonesia kembali memiliki rasa malu (sense of shame). iaitu, malu sebagai bangsa yang paling korup sejagat.  Untuk menumbuhkan kembali rasa malu yang hilang itu jelas diperlukan keteladanan. Tetapi keteladanan saja tidak cukup. Sebab, adalah fakta bahwa orang yang bersih pun lambat atau cepat ikut menjadi kotor. Semua yang bersuara hendak memperbaiki dari dalam, kecenderungannya berakhir dengan larut di dalam sistem yang korup.
•C.    Kemunafikan Politik
Sementara itu abad 21 juga ditandai dengan kesenangan teramat sangat (euforia)terhadap tabiat politik “demokratis”.  Tendensi politik saat ini telah meninggalkan nilai substansial politik itu sendiri, iaitu (shrewdness) dalam mengambil kebijakan, dan telah bergeser menjadi kelicikan (slyness).
Kemunafikan (hypocrisy) dunia perpolitikan Indonesia sudah tumbuh dan berkembang semasa orde baru. Memasuki era reformasi, abad ke 21 mengakibatkan kebangkrutan perekonomian nasional dan diperburuk oleh kebangkrutan moral sementara golongan reformis itu sendiri.  Reformasi bahkan hanya menghasilkan pahlawan-pahlawan palsu dan kesiangan yang menjadi reformis dengan cara mencuri di tikungan dan berbesar hati (baca: bangga) dengan semua kepalsuan itu. Tidak usah heran jika menyebut reformasi pun kita sekarang sudah malu.
Kebejatan moral sementara reformis itu secara sengaja atau tidak menumbuhkan sikap saling tidak percaya secara nasional, sehingga berakibat munculnya budaya gerakan demonstrasi yang kadang-kadang tidak masuk akal.  Jika perkara ini tidak segera disiasati dan disikapi secara tepat dan cepat mengikut komitmen nasional yang termuat dalam UUD 1945, maka secara de facto, bangsa Indonesia sesungguhnya belumlah mampu memerdekatan dirinya, maknanya masih terjajah.
Apalah artinya negeri ini dinobatkan sebagai negara domokrasi terbesar di dunia setelah Amerika Serikat dan India apabila masyarakatnya tetap sekarat dan merempat.  Apakah masih punya makna penghargaan mendali demokrasi yang diberikan oleh The International Association of Political Consultant dan menjadi pemimpin negara ke 25 dari seluruh negeri di dunia yang pernah menerima penghargaan yang sama apabila rakyatnya masih menderita papa.
•D.    Ketidakadilan Hukum

Dewasa ini, negara-negara yang sedang berkembang (baca: membangun) dijadikan tumpuan (objek) kekuasaan otoriter kaum kapitalis, seperti halnya kondisi dunia ekonomi dan politik, begitu juga dengan dunia hukum mengalami kegawatan parah.  Krisis di bidang hukum kebanyakan terjadi pada tarap praktek pelaksanaan yang tidak membuahkan nilai keadilan.

Moral konsumeristik sebagai akibat dari kekuasaan ekonomi kapitalistik, kemudian mendorong terbentuknya moral keserakahan dan kemalasan.  Kedua moraliti ini mempunyai kesamaan tendensi, iaitu kenikmatan hidup temporeri (hedonistik).  Bahkan kenikmatan hidup itu telah berkembang menjadi filosofi hidup manusia di era pascaperindustrian.

Kebanyakan oknum penyelenggara kehidupan negara, sama ada eksekutif, legislatif mahupun yudikatif, dan bahkan masyarakat pada umumnya telah terbius akan filosofi hedonistik ini.  Filosofi hidup seperti ini berkonseksuensi empiris, seperti legitimasi kesalahan, pembenaran perilaku korup, dan rasuah, menghalalkan segala cara, dan semacamnya.

Oleh itu, upaya penegakan hukum dan keadilan di dunia ini, khususnya di negara-negara membangun seperti Indonesia, mengalami kendala sangat berat.  Karena nampak jelas oknum pejabat dan penegak hukum justru terbabit ke dalam tindak kejahatan di segala bidang.

Di Indonesia, penegakan hukum dijalankan secara tidak adil.  Pencuri seekor ayam dijatuhi vonis 3 (tiga) bulan penjara, tetapi perompak kekayaan negara secara sistematis dengan jumlah miliaran bahkan triliunan rupiah divonis 3 (tiga) tahun penjara dengan fasiliti hotel.  Pembalakan liar yang dituntut 10 tahun penjara, mengganti dana provisi sumber daya hutan sebesar Rp 119 miliar dan US$ 2,9 juta (baca: kasus Adelin Lis) dibiar berlenggang kangkung.  Mengikut Suhartono (2006) hukum di Indonesia kelihatannya cenderung membiarkan kejahatan dan mewaspadai kebaikan dan kejujuran.  Mereka yang bermoral jujur justru tersungkur dan terkubur, dan mereka yang jahat justru selamat dan bahkan diangkat menjadi pejabat terhormat.  Inilah yang disebut dengan sistem kehidupan bernegara premanisme.

•E.    Keterpurukan Pendidikan dan Kebudayaan

Ketika moral keserakahan ekonomi, moral kekuasaan otoriter politik, dan moral ketidakadilan hukum justru merajalela ketika pendidikan berada pada titik puncak kejayaan.  Dan bertambah hairan lagi ketika zaman berubah semakin maju, justru kemampuan manusia menggunakan intelegensianya semakin mundur.  Ilmu pengetahuan justru membuat manusia terjebak dan terperangkap ke dalam dunia kognitif (dunia logika) yang hanya mempunyai parameter rasionaliti dan materi.  Inilah kesalahan peradaban dan ilmu pengetahuan yang tidak pernah diakui.

Fakta membuktikan bahawa teknologi dan industri sebagai produk pendidikan berjaya mendorong dinamika kehidupan melaju pesat dan melesat.  Dahulu orang menjadi kaya setelah puluhan tahun sabar menunggu ternaknya beranak pinak, tanamannya berbuah secara alami.  Kini dengan teknologi reproduksi, dalam masa sekejap jumlah hasil berlipat ganda.  Apatah lagi  jika peralatan teknologi dipergunakan secara amoral, dalam masa sekejab dan dengan satu unit komputer, seorang boleh membongkar bank dan meraup triliunan rupiah.

Faktor dominan munculnya kontradiksi ini diperkirakan karena pendidikan tidak lagi digunapakai (baca: difungsikan) untuk mengawal teknologi sampai pada tarap pemberdayaannya.  Pendidikan tidak ditumbuhkembangkan dalam perilaku keseharian.  Manusia sengaja melepaskan pendidikan atau pendidikan dilepaskan oleh manusia dari sistem perberdayaan teknologi.  Ketika terlepas dari bingkai pendidikan, teknologi dan industri otomatis memberikan keleluasaan terhadap perkembangan moral keserakahan.  Secara alami moral tersebut berpengaruh langsung terhadap perluasan ekonomi kapitalistik, kekuasaan politik otoriter, dan ketidakadilan hukum.  Persoalannya ialah semua jenis moraliti tersebut cenderung merosak, manakala pendidikan cenderung menumbuhkan, dan teknologi sendiri dapat dimanfaatkan oleh manusia secara fleksibel.

Ketika pendidikan tidak lagi terbabit secara fungsional dalam perkara pemberdayaan teknologi, justru pendidikan dibiarkan terseset dijalan yang benar mengikuti kecenderungan pemanfaatan teknologi secara praktis dan pragmatis.  Pemanfaatan teknologi seperti itu ialah wujud dominasi kepentingan tabiat hidup kapitalisme hedonistik.  Sekali lagi, perkara itu berarti pendidikan membiarkan moral keserakahan kapitalisme merasuk dan merosak dunia pendidikan.

Ketika dunia pendidikan kerasukan dan kemaruk moraliti kapitalistik hedonistik, orientasi pendidikan pun berhinsut ke arah titik kenikmatan ekonomi material.  Pergeseran orientasi pendidikan seperti ini mendorong penyelenggaraan pendidikan  cenderung menjadi komersial.  Akibatnya, keluarga mengharapkan putra putrinya menjadi dokter, insinyur, pemegang jawatan (pejabat), konglomerat, dan sebagainya, karena profesi seperti itu adalah yang paling dekat dengan perolehan wang atau materi sebanyak-banyaknya.  Harapan putra putrinya menjadi orang yang bermoral, jujur, beriman, sholeh, dan sebagainya diposisikan jauh daripada uang.  Akibatnya terjadi pergeseran orientasi pendidikan, keluargapun menyerahkan pendidikan putra putrinya kepada lembaga pendidikan sekolah.  Karena hanya lembaga pendidikan sajalah yang boleh mencetak dokter, insinyur, S.Sos. dan bahkan menjualbelikan gelaran.

“1) Bila ilmu tersalah pakai, aib tersingkap malu terburai; 2) bila ilmu tersalah pakai, ke tengah ke tepi hidup meragai; 3) bila ilmu mengingkari amanah, banyaklah kerja tidak semenggah; 4) bila ilmu menyalahi adat, hati busuk akal berkarat; 5) bila ilmu mengingkari amanah, alamat badan dimakan sumpah; 6) bila ilmu menurut nafsu, saudara mara menjadi seteru; 7) bila ilmu menurut nafsu, hidup mati menjadi batu; 8) bila ilmu menurut nafsu, dunia akhirat mendapat malu; 9) bila ilmu tersalah pakai, hidup mati menjadi bangkai; 10) bila ilmu menyalahi adat, kerja yang baik menjadi sesat; 11) bila ilmu menyalahi agama, balak dan bala timpa menimpa (Effendi, 2000)”.

Seterusnya dalam rangka memenuhi kepercayaan masyarakat, pendidikan sekolah sibuk dengan kebijakan-kebijakan kongkrit yang menarik simpati.  Sistem ranking, kelas unggulan, sistem evaluasi EBTA/EBTANAS, UAN dan seumpamanya, semuanya dihala tujukan kepada kepentingan komersial.  Dewasa ini komersialisasi pendidikan ciri khas lembaga pendidikan sekolah sama ada negeri mahupun swasta.  Pada tarap pengajian tinggi pula, misalnya sudah berubah bentuk menjadi perseroan terbatas (baca: sdn bhd).  Dengan tendensi penerimaan yuran penyelenggaraan pendidikan dalam jumlah sebesar-besarnya, penerimaan mahasiswa dalam jumlah besar menjadi tumpuan utama, bahkan dijadikan kebanggaan dengan dalih kualiti.  Ada kesan bahawa ketika universiti dibanjiri mahasiswa seolah-olah menandakan berkualiti.  Walhal bisa jadi semakin kebanjiran mahasiswa semakin merosot mutunya.  Asia Week pun ikut-ikutan memperparah dengan membuat peringkat pengajian tinggi menerusi tolok ukur yang berbau kapitalistik, seperti aspek keuangan (pendapatan dan pengeluaran), gaji pensyarah, dana penyelidikan, ketersediaan perumahan bagi pensyarah, akses internet, dan seumpamanya.

Matlamat dan sasaran pendidikan dan pengajaran hanya setakat kognitif penguasaan materi yang tersedia dalam bentuk diktat, tanpa disokong oleh fasiliti sumber dan sarana pembelajaran lainnya yang memadai. Kurikulum diorganisasikan bukan mengikut asas fungsional bagi pembudayaan masyarakat, melainkan hanya kumpulan mata pelajaran tanpa kejelasan hubungan antara satu dengan lainnya.  Kegiatan penyelidikan dijalankan tidak mengikut asas prioriti signifikansi berteraskan kepada matlamat kurikulum, melainkan mengikut pesanan daripada pihak sponsor.  Hasil penyelidikan tidak dijadikan menu perkuliahan, cukup disimpan di dalam almari.  Akibatnya jenis dan bentuk teori ilmiah baru yang tepat diamalkan kepada masyarakat, demi tugas dan kewajipan sosialnya, tidak tersampaikan.

Tri Dharma Pendidikan Tinggi tidak difungsikan secara berkesan dan efisien bagi pembaharuan kehidupan masyarakat.  Lembaga pendidikan tinggi eksis tanpa dorongan ke arah penemuan teori-teori baru, tetapi hanya setakat rutiniti dan ritual kegiatan perkuliahan.  Gelaran akademik dan jawatan fungsional di kalangan masyarakat kampus tinggal wadah tanpa isi jenis keahlian tertentu yang jelas di dalamnya.  Akibatnya, pendidikan tinggi kehilangan ciri khasnya sebagai masyarakat ilmiah, sehingga tidak lagi mampu memproduksi sumber manusia yang cergas dan kreatif.

Keterpurukan kehidupan sosial di segala bidang menandakan adanya pembengkakan pengangguran intelektual secara terselubung.  Artinya terjadi kesalahan penempatan dan pemberdayaan alumnus pendidikan tinggi, selain memang rendahnya kualiti.  Perkara ini jelas merupakan nilai negatif yang tidak menguntungkan bagi masa hadapan kehidupan masyarakat.  Secara pesimistik, ada sesuatu yang cukup mencemaskan disebalik pengangguran intelektual terselubung itu.  Adanya pengangguran intelektual berarti mendorong keluasan sikap dan perilaku bergantung, dan juga menumbuhkan moral konsumtif-konsumeristik.

Sikap moral seperti ini kontradiktif terhadap substansi kebudayaan.  Jika perkara ini terjadi, penyelenggaraan pendidikan kontradiktif dengan visi dan misinya.  Visi pendidikan ialah pembaharuan kehidupan, manakala misinya pula ialahpembudayaan kehidupan.  Tugas pembudayaan berarti pendidikan berupaya mendorong tumbuhnya moral kreatif, dan dengan moral kreatif inilah pembaharuan pendidikan boleh direalisasikan.

Potensi kreatif hanya boleh ditumbuhkembangkan menerusi koridor monodualistik iaitu pencerdasan spritual dan pencerdasan moral.  Sasaran pencerdasan spritual ialah membuka wawasan kehidupan sehingga boleh membentuk falsafah hidup.  Manakala sasaran pencerdasan moral pula menumbuhkan semangat hidup sehingga orang tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesukaran hidup, tidak stress ketika kehilangan jawatan.  Kedua koridor tersebut ialah jalan utama pendidikan menuju pembudayaan kehidupan manusia.

  • F. Pembahasan

Semestinya posisi dan peran produsen dan konsumen tidak berbelah bagi secara dikotomis.  Secara filosofis kedua belah pihak semestinya berada dalam bentuk eksistensi harmonis, terkait rapat dalam hubungan saling memberi arti dan peranan, sehingga kemudian akan saling memberi keuntungan yang adil dan berimbang.  Mereka mestilah berada dalam suatu filosofis kehidupan yang dinamis ke arah kemajuan hidup yang berkeadilan.  Semestinya pihak produsen mengakui bahawa pihak konsumen ialah bahagian yang integral daripada dirinya.  Begitu pula pihak konsumen semestinya mau dan boleh mengembangkan potensi kreatif sehingga memiliki daya kemandirian.  Maknanya ekonomi tidak cukup hanya setakat dipelajari secara ilmiah teoritis sahaja, melainkan perlu dididikkan dan dibudayakan di dalam tabiat moral keseharian dalam kehidupan masyarakat (learning to do and to be).

Sementara kebengkrapan dunia perpolitikan perlu segera diatasi menerusi cara memposisikan dan memfungsikan politik sebagai domain kepada ekonomi.  Untuk itu dunia perpolitikan mustahak dikembalikan ke asas falsafah dengan nilai moralitinya.  Nilai substansial politik ialah kebijaksanaan etis bagi kehidupan bernegara, bukan kekuasaan licik bagi para penyelenggaranya.  Sistem politik bukanlah dijiwai oleh moral samsing (baca: premanisme), melainkan dijiwai oleh kebijaksanaan demokratis nasional.  Dunia perpolitikan Indonesia secara konstitusional jelas dijiwai oleh moraliti keadilan sosial bagi seluruh rakyat, bukan oleh keadilan sosial bagi seluruh kaki tangan penyelenggara negara.  Oleh itu, politik tidak cukup dipelajari secara ilmiah, tetapi mesti dipelajari secara seksama nilai-nilai fisosofisnya untuk kemudian dididikkan dan dibudayakan oleh dan kepada sesiapapun, dimana dan bila-bila masa sahaja di seluruh muka bumi pertiwi ini.

Hanya menerusi pendidikan, moraliti dibangun, keperibadian nasional dibentuk, dan etika kehidupan nasional menjadi ladang subur bagi nilai-nilai keadilan.  Dalam kondisi seperti ini, tabiat patuh terhadap rambu-rambu hukum formal tidak perlu disangsikan lagi.  Dus hukum tidak cukup hanya dipelajari secara ilmiah, tetapi mesti dipelajari secara seksama nilai-nilai filosofisnya untuk kemudian dididikkan dan dibudayakan di dalam kehidupan keseharian masyarakat.  Nilai kebenaran dan keadilan hukum bukan sesuatu yang mesti hidup di alam pikiran sahaja (learning to know), melainkan mesti hidup subur di alam tabiat (to do and to be).

Bahawa kegawatan pendidikan dan kebudayaan ialah pangkal daripada kegawatan kehidupan di segala bidang.  Krisis yang melanda Indonesia dewasa ini boleh dibilang sebagai akibat daripada adanya krisis filosofi kehidupan.  Untuk itu mesti ditegakkan kembali filosofi kehidupan menerusi jalan kependidikan sesuai isi makna hakikat pendidikan.  Daripada aspek paedagogis, manusia dipandang sebagai makhluk “homo educandum” (makhluk yang mesti dididik).  Mengikut aspek ini manusia dikategorikan sebagai animal educabile (binatang yang dapat dididik), dan oleh itu pendidikan mestilah berfungsi untuk “memanusiakan manusia”.  Pendidikan adalah mutlak bagi manusia untuk menentukan jati diri, model eksistensi, dan kualiti tujuan kehidupannya, dan sebaliknya keberadaan pendidikan juga sepenuhnya ditentukan oleh manusia.  Tanpa manusia, pendidikan tidak akan pernah ada (human life is just the matter of education).

Kebijakan penyelenggaraan pendidikan tidak sanggup menangkal kecenderungan global ekonomi kapitalistik yang bersifat material hedonistik, bahkan telah tercemari olehnya.  Ketidakmampuannya itu disebabkan karena kehidupan sosial politik dan hukum tidak memberikan kontribusi, namun justru larut dalam moraliti hedonisme materialistik tersebut.  Tanpa sokongan moraliti demokrasi dan keadilan, tidak mungkin pendidikan sanggup menjalankan visi dan misinya.  Oleh itu pendidikan tidak cukup hanya setakat dipelajari secara ilmiah teoritis dengan sasaran kepintaran intelektual sahaja.  Nilai-nilai hakiki pendidikan semestinya dipelajari secara seksama dengan sasaran kepintaran spritual, untuk kemudian diamalkan di dalam keseharian kehidupan bermasyarakat dengan sasaran konkrit berupa kepintaran emosional.


G. Akhirul Kalam

Apabila kapitalisme hedonistik telah menjadi mentaliti nasional (baca: bangsa), kekuasan politik kenegaraanpun cenderung otoriter, dan asas keadilan hukum (perimbangan antara hak dan kewajipan) bergeser menjadi hukum rimba (homo homini lupus).  Apabila hukum rimba tejadi dalam kehidupan bangsa dan negara merdeka akan terjadi kesukaran, karena kekuasaan berada di tangan bangsa sendiri.  Musuh ada di dalam rumah sendiri, satu meja makan dan satu bilik, bahkan tempat tidur.  Membantras nafsu keserakahan diri sendiri dan dari bangsa sendiri jauh lebih sukar dibandingkan membantras keserakahan bangsa penjajah.


Tidak mengurangi rasa hormat kepada seluruh pahlawan, sekarang mesti kita katakan bahawa melawan diri sendiri ternyata jauh lebih sukar dibandingkan melawan musuh di luar diri. Sebab, sejauh ini ada tanda-tanda kuat, bahkan sangat kuat, bangsa ini kalah melawan dirinya sendiri!.  Namun sekarang justru kesatuan hati dan pikiran itu yang lenyap. Sekarang tiada lagi konsistensi antara perkataan dan perbuatan. Yang bersemi dan tumbuh subur adalah kemunafikan dan kerakusan. Yang diteladani adalah koruptor.  Bahkan, koruptor merupakan pahlawan bagi anak dan cucu sampai keturunan yang ketujuh. Itulah sebabnya, korupsi bukan berkurang, apalagi habis, tetapi malah semakin berkembang biak.  

Dulu kita memerlukan revolusi fisik untuk menghalau kolonialisme. Penjajah dilumpuhkan dengan perang gerilya, yang sepenuhnya memperoleh sokongan daripada rakyat.  Bangsa ini merindukan wira masa kini untuk masa hadapan. Pahlawan yang memimpin revolusi mental untuk mengalahkan diri sendiri yang bodoh, rakus, hipokrit, dan korup.  Kalau dulu kita perlu pahlawan untuk melawan penjajah, sekarang kita perlu pahlawan untuk melawan diri sendiri.  Wallahu’alam bissawab…

H. Bibliografi

Agustian, Ary Ginanjar.2005.Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spritual, ESQ, emotional spritual quotient, the ESQ way 165, 1 ihsan 6 rukun iman, dan 5 rukun Islam.Jakarta:Arga.

Bahaudin, Taufik.2003.Brainware Management, generasi kelima manajemen manusia, memenangkan knowledge to knowledge competition, menyongsong era millenium.Jakarta:PT Elex Media Komputindo.

Effendi, Tenas.2004.Tunjuk Ajar Melayu (butir-butir budaya Melayu Riau).Yogyakarta:Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu bekerjasama dengan AdiCita.

——————–.2005.Ungkapan Tradisional Melayu Riau.Kuala Lumpur:Dewan Bahasa dan Pustaka.
Fudyartanto, Ki RBS.2002.Psikologi Pendidikan, dengan pendekatan baru.Yogyakarta:Global Pustaka Utama.

Hamidy, Zainuddin dan Fachruddin Hs (penyusun).1986.Tafsir Quran.Jakarta:Widjaya.

Hor, Khoo Kheng.2003.Sun Tzu Dalam Manajemen Sumber Daya Manusia (Applying Sun Tzu’s Art of War In Human Rosource Management). Alih Bahasa Rudijanto.Jakarta:PT Bhuana Ilmu Populer.

Idris, Haji Ahmad (worawit baru).2004.Pemikiran Melayu, tradisi dan kesinambungan.Kuala Lumpur:Dewan Bahasa dan Pustaka.

Ismawan, Indra.2005.Spirit of Change, kata-kata yang mengispirasi perubahan.Jakarta:Cakrawala.

Mohamad, Mohamad Daud dan Zabidah Yahya (penyelenggara). 2005.Pascakolonialisme dalam Pemikiran Melayu.Kuala Lumpur:Dewan Bahasa dan Pustaka.

Mukhlis, Suhardi.2006.Perilaku Terjajah Di negeri Bertuah.Kertas kerja, Tanjungpinang,tidak diterbitkan.

Pannen, Paulina.2001.Pendidikan Sebagai Suatu Sistem.Jakarta:Pusat Antar Universitas Untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.

Santosa, AM Rukky.2007.Brain Booster, the roadmap to success, menguak rahasia successful mechanism system.Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama..

Setiawan, Benni.2006.Manifesto Pendidikan di Indonesia.Yogyakarta:Ar-Ruzz.

Suhartono, Suparlan.2006.Fisalfat Pendidikan.Jogjakarta:Ar-Ruzz.

Takeshita, Masataka.2005.Manusia Sempurna menurut konsepsi Ibn. ‘Arabi.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.”

Tafsir Ahmad.2003.Filsafat Umum, akal dan hati sejak Thales sampai Capra.Bandung:PT Remaja Rosdakarya.

Winataputra, Udin S.2001.Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta:Pusat Antar Universitas Untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.