Rabu, 04 Agustus 2010

psikologis manusia

Sangunis, Melankolis, Koleris, Plegmatis..

Florence Litteur, penulis buku terlaris “Personality Plus” menguraikan, ada empat pola watak dasar manusia. Kalau saja semua sudah kita pahami, kita akan sangat terbantu sekali dalam berhubungan dengan orang lain.Kita akan jadi mengerti mengapa suami kita tiba-tiba marah sekali ketika meja kerjanya yang berantakan kita atur rapi. Kita juga akan mudah memahami mengapa pegawai kita gampang sekali berjanji… dan hebatnya dengan mudah pula ia melupakannya, “Oh ya, saya lupa”katanya sambil tertawa santai. Kita juga akan mudah mengerti mengapa istri kita nggak mau dengar sedikitpun pendapat kita, tak mau kalah,cenderung mempertahankan diri, selalu merasa benar dengan pendapatnya dan makin sengit bertengkar kalau kita mau coba-coba untuk mengalahkannya.

Yang pertama, kata Florence adalah golongan Sanguinis, “Yang Populer”. Mereka ini cenderung ingin populer, ingin disenangi oleh orang lain. Hidupnya penuh dengan bunga warna-warni. Mereka senangsekali bicara tanpa bisa dihentikan. Gejolak emosinya bergelombang dan transparan. Pada suatu saat ia berteriak kegirangan, dan beberapa saat kemudian ia bisa jadi menangis tersedu-sedu.

Namun orang-orang sanguinis ini sedikit agak pelupa, sulit berkonsentrasi, cenderung berpikir `pendek’, dan hidupnya serba tak beratur. Jika suatu kali anda lihat meja kerja pegawai anda cenderung berantakan, agaknya bisa jadi ia sanguinis. Kemungkinan besar ia pun kurang mampu berdisiplin dengan waktu, sering lupa pada janji apalagi bikin planning/rencana. Namun kalau disuruh melakukan sesuatu, ia akan dengan cepat mengiyakannya dan terlihat sepertinya betul-betul hal itu akan ia lakukan. Dengan semangat sekali ia ingin buktikan bahwa ia bisa dan akan segera melakukannya. Tapi percayalah, beberapa hari kemudian ia tak lakukan apapun juga.

Lain lagi dengan tipe kedua, golongan melankoli, “Yang Sempurna”. Agak berseberangan dengan sang sanguinis. Cenderung serba teratur, rapi, terjadwal, tersusun sesuai pola. Umumnya mereka ini suka dengan fakta-fakta, data-data, angka-angka dan sering sekali memikirkan segalanya secara mendalam. Dalam sebuah pertemuan, orang sanguinis selalu saja mendominasi pembicaraan, namun orang melankoli cenderung menganalisa, memikirkan, mempertimbangkan, lalu kalau bicara pastilah apa yang ia katakan betul-betul hasil yang ia pikirkan secara mendalam sekali.

Orang melankoli selalu ingin serba sempurna. Segala sesuatu ingin teratur. Karena itu jangan heran jika balita anda yang `melankoli’ tak `kan bisa tidur hanya gara-gara selimut yang membentangi tubuhnya belum tertata rapi. Dan jangan pula coba-coba mengubah isi lemari yang telah disusun istri `melankoli’ anda, sebab betul-betul ia tata-apik sekali, sehingga warnanya, jenisnya, klasifikasi pemakaiannya sudah ia perhitungkan dengan rapi. Kalau perlu ia tuliskan satu per satu tata letak setiap jenis pakaian tersebut. Ia akan dongkol sekali kalau susunan itu tiba-tiba jadi lain.

Ketiga, manusia Koleris, “Yang Kuat”. Mereka ini suka sekali mengatur orang, suka tunjuk-tunjuk atau perintah-perintah orang. Ia tak ingin ada penonton dalam aktivitasnya. Bahkan tamu pun bisa sajaia `suruh’ melalukan sesuatu untuknya. Akibat sifatnya yang `bossy’ itu membuat banyak orang koleris tak punya banyak teman. Orang-orangberusaha menghindar, menjauh agar tak jadi `korban’ karakternya yang suka `ngatur’ dan tak mau kalah itu.

Orang koleris senang dengan tantangan, suka petualangan. Mereka punya rasa, “hanya saya yang bisa menyelesaikan segalanya; tanpa saya berantakan semua”. Karena itu mereka sangat “goal oriented”,tegas, kuat, cepat dan tangkas mengerjakan sesuatu. Baginya tak ada istilah tidak mungkin. Seorang wanita koleris, mau dan berani naik tebing, memanjat pohon, bertarung ataupun memimpin peperangan. Kalau ia sudah kobarkan semangat “ya pasti jadi…” maka hampir dapat dipastikan apa yang akan ia lakukan akan tercapai seperti yang ia katakan. Sebab ia tak mudah menyerah, tak mudah pula mengalah.

Hal ini berbeda sekali dengan jenis keempat, sang Phlegmatis “Cinta Damai”. Kelompok ini tak suka terjadi konflik, karena itu disuruh apa saja ia mau lakukan, sekalipun ia sendiri nggak suka. Baginya kedamaian adalah segala-galanya. Jika timbul masalah atau pertengkaran, ia akan berusaha mencari solusi yang damai tanpa timbul pertengkaran. Ia mau merugi sedikit atau rela sakit, asalkan masalahnya nggak terus berkepanjangan.

Kaum phlegmatis kurang bersemangat, kurang teratur dan serba dingin. Cenderung diam, kalem, dan kalau memecahkan masalah umumnya sangat menyenangkan. Dengan sabar ia mau jadi pendengar yang baik, tapi kalau disuruh untuk mengambil keputusan ia akan terus menunda-nunda. Kalau anda lihat tiba-tiba ada sekelompok orang berkerumun mengelilingi satu orang yang asyik bicara terus, maka pastilah parapendengar yang berkerumun itu orang-orang phlegmatis. Sedang yang bicara tentu saja sang Sanguinis.

Kadang sedikit serba salah berurusan dengan para phlegmatis ini. Ibarat keledai, “kalau didorong ngambek, tapi kalau dibiarin nggak jalan”. Jadi kalau anda punya staf atau pegawai phlegmatis, andaharus rajin memotivasinya sampai ia termotivasi sendiri oleh dirinya.

Selasa, 03 Agustus 2010

Depresi Wanita wanita cantik

10 Wanita Cantik Ini Pernah Alami Depresi (2)
Berikut ini seleb dunia yang punya niat bunuh diri atau melukai bayinya usai melahirkan.

Banyak wanita yang mengalami depresi usai melahirkan. Kondisi yang kerap dialami ibu baru ini dikenal dengan sebutan postpartum depression (PPD).

Seringnya, wanita yang mengalami depresi ini menutup-nutupi keadaannya, karena malu atau takut. Pasalnya, tidak sedikit dari penderita ini berusaha bunuh diri, atau parahnya punya niat melukai buah hatinya.

Tetapi, para selebriti wanita Hollywood yang mengalami kondisi yang juga sering disebut baby blues ini mengakuinya. Siapa saja mereka?

1. Brooke Shields

Brooke Shields
Ia adalah selebriti wanita yang tidak segan menceritakan pengalamannya depresi yang dialaminya pada publik. Ia bahkan menulis buku yang berjudul 'Down Came the Rain: My Journey Through Postpartum Depression'.

2. Bryce Dallas Howard
Pemeran Victoria dalam film 'Eclipse' ini juga mengalami baby blues. Pertama kali ia mengungkapkan bahwa dia berjuang dengan pengalaman buruk PPD setelah kelahiran putranya Theo.

"Bagi saya, menyusui bahkan lebih menyakitkan daripada melahirkan. Meskipun mendapat bantuan konsultan ahli, tapi saya merasa tidak kompeten. Saya menolak untuk menyerah, memaksa diri untuk melakukan segala kemungkinan sehingga anak hanya mengonsumsi susu ibu tanpa tambahan makanan apapun.

Ketika suami pulang di malam hari, biasanya saya menemuinya di pintu, gemetar karena marah dan menjerit keras padanya. Perilaku yang ia tidak pernah alami selama tujuh tahun kami bersama-sama," seperti dikutip dari Rightcelebrity.com.

3. Lisa Rinna
Rinna mengungkapkan, setelah kelahiran dua anak perempuannya, ia sempat membayangkan punya niat membunuh keluarganya.

"Orang tidak bicara tentang itu. Padahal itu sangat, sangat menakutkan. Saya membuat Harry menyembunyikan semua pisau tajam dan mengeluarkanl pistol keluar dari rumah karena saya ingin membunuh semua orang. Saya ingin berbagi pengalaman, karena saya pikir wanita sangat malu dengan itu sekaligus mengerikan. Saya akhirnya menemukan bantuan dan berhasil melewatinya," kata Rinna.

4. Britney Spears

Britney Spears dalam sesi pemotretan
Setelah Britney Spears memiliki dua bayi dalam hitungan jangka waktu 17 bulan, banyak berspekulasi bahwa itu alasannya menjadi depresi (ia mencukur rambutnya sendiri hingga botak dan insiden payung).

5. Kendra Wilkinson

Kendra Wilkinson
Kendra mengakui, setelah kelahiran putranya, dia merasa tidak berharga. "Setelah melahirkan, saya tidak pernah menyisir rambut, membersihkan gigi, atau mandi. Suatu hari, saya melihat dalam cermin dan benar-benar depresi. Saya dulu memiliki kehidupan glamor di LA, dan sekarang tidak. Saya bahkan mengatakan, tidak punya apa-apa untuk hidup," kata Kendra.

6. Amanda Peet
Peet melewati masa-masa sulit setelah kelahiran anaknya Frankie. Dia mengatakan kehamilan berjalan baik-baik saja sampai suatu hari semuanya hilang saat putra keduanya lahir. "Saya ingin jujur tentang ini, karena akan ada perasaan campur aduk saat menjadi seorang ibu selain kebahagiaan," katanya.

7. Courteney Cox-Arquette

Courteney Cox
Ia juga mengalami baby blues setelah melahirkan putrinya, Coco. “Saya melewati masa-masa depresi ini bukan setelah melahirkan, tetapi ketika ia berumur enam bulan. Saya tidak bisa tidur. Jantungku berdegup kencang. Dan aku benar-benar depresi. Saya pergi ke dokter dan menemukan bahwa depresi itu akibat hormon," kata Cox.

8. Gena Lee Nolin
"Saat bayi pertama lahir, saya tidak yakin apa yang terjadi. Perlu waktu lima bulan sebelum saya meminta bantuan. Lalu, setelah melahirkan anak kedua, saya tidak ingin percaya, tapi hal itu terjadi lagi. Saya tahu saya memiliki sarana untuk menjalaninya, dan bagian terberat adalah meminta bantuan. Anda akan merasa PPD menjadi sesuatu tidak beres, ketika muncul gejala, sering menangis tanpa sebab, kelelahan, sedih atas segalanya.

9. Angelina Jolie

Angelina Jolie
Walaupun Jolie tidak mengungkapkan secara terbuka, tetapi ia pernah membicarakannya. Ia pernah mengalami turun naik emosi setelah kelahiran anak kembarnya. Seorang sumber, bercerita, perasaan Jolie tidak stabil, menangis dan tertawa dalam waktu yang kurang tepat.

10. Gwyneth Paltrow

Gwyneth Paltrow
Paltrow juga mengalami PPD setelah melahirkan anak keduanya, Moses. “Ketika Moses lahir pada 2006, saya berharap memasuki tahapan kebahagiaan baru. Tetapi, saya malah mengalami hal sebaliknya, berhadapan dengan salah satu fase tergelap dan paling menyakitkan dalam hidup. Selama sekitar lima bulan saya mengalami depresi. Saya tidak tahu apa yang salah, tidak memiliki koneksi, dan pesimis," kata Paltrow.