Senin, 20 Juli 2009

resensi buku kota kara

Miskin Sejarah di Kota Kara Bintan Lama
Oleh : anax.kampung
Judul buku : Kota Kara Dan Situs-Situs Sejarah Bintan Lama
Penulis : Aswandi Syahri
Penerbit : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Kepri
Peresensi : anax.kampung
Harga : -
Tebal : 76 halaman

Kita mulai dengan keberadaan Situs-situs peninggalan sejarah di pulau bintan abad ke-19 berdasarkan laporan johanes elias teijsmann ahli botani belanda dari kebun raya bogor mengenai flora di Riouw-Lingga tahun 1872 tentang ditemukannya lima makam raja perempuan (vorstinnen) dan satu makam laki-laki di bukit batu. Dan sekitar Tahun 1888 J.G.Schot, seorang penulis belanda melaporkan secara rinci tentang situs-situs sejarah di bintan lama (Oud Bintan) tentang ikhwal sosial budaya penduduk asli bintan, keberadaan makam keramat bukit batu dan pulau pengujan, makam keramat tok kelalo dan scot yang pertama kali melaporkan keberadaan perahu atau bahtera (Vaartuig) di sungai jakas (lebih dikenal jong ming). Selain itu juga seorang Arkeolog prancis, P.Y.Manguin bekerjasama dengan PUSLIT Arkeologi Nasional pada tahun 1981 melakukan ekskavasi dan penelitian terhadap situs jung jakas, bukit batu, kota lama bujok, bintan kopak dan bintan kubu (mengungkap kebenaran laporan surat kabar singapura Straits Time Mei 1979), Tim melaporkan perahu di sungai jakas bukan sisa perahu dinasti ming, tapi satu zaman dengan pemerintahan dinasti ming karena kayu bahan perahu dan pasaknya terbuat dari kayu sepang ada di pulau tujuh, (hal.3-5).
Dalam buku ini menceritakan keberadaan Situs-situs sejarah di bintan lama seperti : makam marhum bukit batu (makam tua dengan tokoh, Dang pok, dang menini, dang serene, megat sri rama, dang sri bani dan tok telani), makam Tok Uke di kampong bukit batu, makam panjang, makam sultan ahmad, makam hang nadim, makam datuk bujok, makam datuk pantar, situs Jung Tuk ile, makam datuk ile, sungai nuyung, dan maka para pembesar kerajaan bentan.
Kedua Mengenai keberadaan Kota kara, ada dua sumber sejarah yaitu antara sumber cerita pusaka masyarakat bintan (lisan) di sekitar bukit batu dan sekuning di wilayah desa Bintan Buyu, kecamatan Teluk bintan, kabupaten bintan, ia menyebutkan kota kara sebagai tempat raja dan erat kaitannya dengan sejarah kerajaan bintan (hal.5-6 dan 24). Dan pada tahun 1985 Antropolog Australia University, Vivienne wee, menjelaskan keberadaan kota kara bila dibandingkan antara penelitiannya dengan cerita pusaka masyarakat bintan itu, dalam konteks analisa semantik, bisa dipahami bahwa kota kara pada mulanya adalah pusat orientasi penduduk dalam kerajaan bintan, setelah datangnya orang-orang arab, penduduk bintan berorientasi ke mekah di tanah arab (hal.25).
Penulis menceritakan dalam bukunya ini berbentuk cerita berdasarkan sumber lisan dan tertulis (dokumentasi), namun disayangkan sangat minim dengan bukti otentik sejarah dan publikasi foto-foto situs-situs bersejarah, penulis terlalu ‘narsis’ menampilkan foto-foto itu dengan berbagai fose (halaman 45-52). Seharusnya ada perbandingan wujud foto zaman dahulu kala dengan wujud asli masa kini yang telah punah peninggalan sejarah kota kara menurut cerita pusaka rakyat dengan dokumentasi yang sangat terbatas.
Bisa dikatakan dokumentasi foto dari penulis sangat minim mengenai keberadaan Kota kara dan situs-situs yang ada di bintan lama. Membedah buku ini bisa dikatakan masih miskin akan unsur sejarah, hal ini dikarenakan penulis masih terpaku pada cerita pusaka rakyat dan minimnya dokumentasi peninggalan sejarah kota kara dan keberadaan sejumlah situs sejarah bintan lama (halaman 17-23), sehingga alur cerita masih berkutat bolak-balik dan tidak sistematis, sehingga bisa membingungkan pembaca bila tidak memahami makna sejarah.
Banyak ditemukan tulisan yang bisa saja sulit dipahami pembaca awam terutama wisatawan asing sehingga diragukan bisa merubah makna sesungguhnya tulisan. Contohnya ; kata makam keramat, bermakam atau makam, arkeologi, saudagar, “jong ming” atau “junk ming”, pasak, kayu sepang, ekskavasi, perahu, permaisuri, wan, raja, sultan, kerajaan, laksamana, hang, datuk, dinukilkan, cikal bakal, percanggahan, cerita pusaka, bersemayam, dang, berziarah, bernazar, nasi kuning, kenduri. seharusnya penulis buku membuat catatan kaki disertai penjelasan agar mudah dipahami pembaca awam atau peminat sejarah maupun wisatawan asing.
Wujud fisik buku ini, sangat bagus dan terkesan elit, bisa dijadikan buku saku bagi pembaca. Buku Kota Kara dan situs-situs Sejarah Bintan Lama karya Aswandi Syahri ini bertujuan melaporkan keberadaan situs-situs sejarah di bintan lama dan keberadaan Kota Kara sebagai tapak pemerintahan era pendudukan portugis di bintan sekaligus membantu Pemerintah Daerah dalam upaya pendokumentasian dan pengungkapan sejumlah artefak dan situs-situs sejarah di kepri, dan tulisan ini juga bermanfaat bagi pembaca akan keberadaan situs sejarah di pulau bintan.
Buku Kota Kara Dan Situs-Situs Sejarah Bintan Lama karya Aswardi syahri ini bisa dijadikan bahan rujukan bagi pembaca yang berminat mengkaji tentang peninggalan sejarah zaman dahulu kala, sekaligus bisa juga mengkritisi telaah isi buku yang bersifat kontsruktif bagi penulis dan pembaca khususnya yang minat akan sejarah. Demikian.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

kita udah nyampe tu ke sana....... enak loooh.