Sabtu, 02 Januari 2010

SentraPonsel.Com

SentraPonsel.Com

silakan kirim tulisan yg ok milik kamu.

Muhasabahkan diri

Sholat dhuha cuma dua rakaat, qiyamullail (tahajjud) juga hanya dua rakaat, itu pun sambil terkantuk-kantuk. Sholat lima waktu? Sudahlah jarang di masjid, milih ayatnya yang pendek-pendek saja agar lekas selesai. Tanpa doa, dan segala macam puji untuk Allah, terlipatlah sajadah yang belum lama tergelar itu. Lupa pula dengan sholat rawatib sebelum maupun sesudah shalat wajib. Satu lagi, semua di atas itu belum termasuk catatan: "Kalau tidak terlambat" atau "Asal nggak bangun kesiangan". Dengan sholat model begini, apa pantas mengaku ahli ibadah?

Baca Qur'an sesempatnya, itu pun tanpa memahami arti dan maknanya, apalagi meresapi hikmah yang terkandung di dalamnya. Ayat-ayat yang mengalir dari lidah ini tak sedikit pun membuat dada ini bergetar, padahal tanda-tanda orang beriman itu adalah ketika dibacakan ayat-ayat Allah maka tergetarlah hatinya. Hanya satu dua lembar ayat yang sempat dibaca sehari, itu pun tidak rutin. Kadang lupa, kadang sibuk, kadang malas. Yang begini ngaku beriman?

Bersedekah jarang, begitu juga infak. Kalau pun ada, dipilih mata uang terkecil yang ada di dompet. Syukur-syukur kalau ada receh. Berbuat baik terhadap sesama juga jarang, paling-paling kalau sedang ada kegiatan bakti sosial, yah hitung-hitung ikut meramaikan. Sudah lah jarang beramal, amal yang paling mudah pun masih pelit, senyum. Apa sih susahnya senyum? Kalau sudah seperti ini, apa pantas berharap Kebaikan dan Kasih Allah?

Setiap hari ribut dengan tetangga. Kalau bukan sebelah kanan, ya tetangga sebelah kiri. Seringkali masalahnya cuma soal sepele dan remeh temeh, tapi permusuhan bisa berlangsung berhari-hari, kalau perlu ditambah sumpah tujuh turunan. Waktu demi waktu dihabiskan untuk menggunjingkan aib dan kejelekan saudara sendiri. Detik demi detik dada ini terus jengkel setiap kali melihat keberhasilan orang dan berharap orang lain celaka atau mendapatkan bencana. Sudah sedemikian pekatkah hati yang tertanam dalam dada ini? Adakah pantas hati yang seperti ini bertemu dengan Allah dan Rasulullah kelak?

Dengan adik tidak akur, kepada kakak tidak hormat. Terhadap orang tua kurang ajar, sering membantah, sering membuat kesal hati mereka, apalah lagi mendoakan mereka, mungkin tidak pernah. Padahal mereka tak butuh apa pun selain sikap ramah penuh kasih dari anak-anak yang telah mereka besarkan dengan segenap cinta. Cinta yang berhias peluh, air mata, juga darah. Orang-orang seperti kita ini, apa pantas berharap surga Allah?

Astaghfirullaah...

Proyek multiyear's pemerintah

Proyek Multiyears Dituding Merugikan
PDF Print E-mail
Written by Redaksi Saturday, 02 January 2010 12:48

Oleh : Joni Sandra

PINANG,KEPRIterkini: Subianto, tokoh pemuda kelurahan Tanjungpinang Timur mengaku geram dengan kebijakan yang tidak berpihak ke masyarakat di Kota Tanjungpinang. '’Kami mempertanyakan proyek multiyears yang telah di Perda-kan dewan bersama eksekutif periode lalu. Sebab terkesan memaksa kehendak, untuk itu kami mendesak dewan sekarang segera merevisi ulang perda itu karena dinilai merugikan masyarakat,’’ terangnya.

Enam Proyek multiyear itu terdiri dari infrastruktur di pemerintahan Kota TTanjungpinang diantaranya penambahan gedung bertingkat Wali Kota, rumah dinas walikota dan wakil, jembatan gugus yang menghubungkan senggarang ke Tanjungpinang, jembatan sungai terus kampung bulang, gedung SKPD 23 unit, yang menghabiskan APBD sebesar Rp126 juta.

Menanggapi keluhan masyarakat ini dewan yang melakukan reses ke Kecamatan Tanjungpinang Timur ikut perihatin akan hasil reses dewan periode lalu yang tidak diperjuangkan dalam APBD dan menjadi tanggungjawab moral dewan periode sekarang.

Maskur Tilawahyu,SH dari fraksi demokrat menjelaskan, ‘’Kita memahami tetap mengakomodir keluhan masyarakat ini dan memperjuangkan dalam sidang dewan, hal ini akan kita giring dikemanakan hasil reses dewan periode lalu itu. Kita butuh dukungan masyarakat agar eksekutif itu merumuskan kebijakan mayoritas mengutamakan masyarakat dalam pembangunan infrastruktur dan suprastruktur sosial bukan kebutuhan lainnya, dan perlu dipertanyakan pengesahan perda proyek multiyear itu bersifat topdown pemaksaan kehendak, seharusnya bottom up dan terbuka dipublikasikan ke masyarakat RAPBD 2009 lalu sebelum di sahkan”, ujar Maskur.***